Gubernur BI Sebut Ekonomi Kuartal III di Bawah Perkiraan

Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Jumat, 06 Nov 2015 14:11 WIB
Peningkatan pertumbuhan ekonomi di kuartal III dibandingkan kuartal II membuat BI tidak mengubah proyeksi sampai akhir tahun di kisaran 4,7-5,1 persen.
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo. (Dok. Sekretariat Kabinet).
Jakarta, CNN Indonesia -- Realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2015 lebih rendah dibandingkan estimasi Bank Indonesia (BI). Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,73 persen pada kuartal III 2015, meningkat jika dibandingkan dengan kuartal II yang hanya sebesar 4,67 persen.

“Kami lihat pertumbuhan ekonomi tidak seperti yang diperkirakan. Perkirakan BI itu 4,85 persen ternyata realisasinya 4,73,” tutur Gubernur BI Agus D.W. Martowardojo di Kompleks Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Jumat (6/11).

Agus mengungkapkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2015 terutama didorong oleh masih belum optimalnya belanja pemerintah dan rendahnya konsumsi domestik.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, kinerja ekspor Indonesia masih tertekan akibat pengaruh turunnya harga komoditas. Berdasarkan catatannya, indeks harga komoditas ekspor Indonesia tahun ini diperkirakan anjlok sampai 16 persen, lebih tinggi dibandingkan ekspektasi awal yang hanya turun 11 persen.

“Jadi memang harga-harga komoditas dunia masih tertekan, termasuk komoditas andalan Indonesia,” ujar mantan Menteri Keuangan ini.

Tak Revisi Proyeksi

Kendati demikian, tren meningkat dari pertumbuhan kuartal sebelumnya menurut Agus telah menunjukkan kondisi perekonomian yang membaik. Tak ayal, Agus menyatakan belum ada rencana BI merevisi prediksi pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun.

“Kami sekarang ini prediksi (pertumbuhan ekonomi) untuk 2015 antara 4,7 sampai 5,1 persen. Tentu kami harapkan ada pengeluaran pemerintah yang baik di kuartal keempat dan juga swasta yang akan melakukan investasi dan akan melakukan upaya untuk mendorong ekonomi,” ujarnya.

Selain itu, Agus kembali mengingatkan Indonesia masih harus mewaspadai pergerakan ekonomi dunia, terutama perkembangan ekonomi China dan Amerika Serikat.

“Dua risiko utama itu kelihatannya akan banyak berdampak pada negara-negara di dunia. Jadi kita juga perlu waspada,” ujarnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, pada akhir tahun ini Bank Sentral AS (The Federal Reserve) diperkirakan akan menaikkan tingkat suku bunga acuannya (Fed fund rate). Hal itu menimbulkan risiko pembalikan modal (capital reversal) dari negara berkembang, salah satunya Indonesia, ke negara maju. (gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER