Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengakui pertumbuhan ekonomi kuartal III tahun ini belum setinggi yang diharapkan pemerintah. Dengan pertumbuhan hanya 4,73 persen, katanya, laju ekonomi Juli-Oktober 2015 belum cukup untuk menyerap tambahan angkatan kerja.
"Pertumbuhan ekonomi memang naik, tetapi belum cukup tinggi untuk menyerap tambahan angkatan kerja," ujarnya di Istana Kepresidenan, Kamis (5/11).
Pernyataan Darmin ini merujuk pada rilis terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) soal pertumbuhan ekonomi kuartal III 2015 yang dibarengi dengan kenaikan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Pada Agustus 2015, angka TPT tercatat sebesar 6,18 persen atau naik dari posisi yang sama tahun lalu 5,94 persen pasca bertambahnya 320 ribu pengangguran baru.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kendati demikian, Darmin mengatakan pertumbuhan ekonomi kuartal III, yang lebih baik dari triwulan sebelumnya (4,67 persen), cukup menggambarkan tren perbaikan struktural hingga September 2015. Namun, dia mengakui dari sisi kualitas belanja negara belum cukup baik menstimulus ekonomi hingga periode tersebut.
"Kemudian kebijakan-kebijakan paket deregulasi juga baru sehingga kami percaya bulan ini dan bulan depan anggaran pemerintah realisasinya akan meningkat dan itu pasti hubungannya positif terhadap pertumbuhan ekonomi," tuturnya.
Jauh dari TargetApabila melihat realisasi tersebut, Darmin memperkirakan realisasi pertumbuhan ekonomi tahun ini kemungkinan tak akan mencapai 5 persen. Prediksi tersebut jauh di bawah target pemerintah yang sebesar 5,7 persen di APBNP 2015.
"Ya kami sih berharap 5 persen, tapi ya kemungkinan di 4,9 persen juga bisa," katanya.
Sebelumnya, pemerintah melalui Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro secara tak formal merevisi turun target pertumbuhan ekonomi tahun ini menjadi 5,2 persen.
Sekalipun direvisi, Darmin Nasution mengaku pesimistis target baru tersebut dapat tercapai.
"Kelihatannya kalau 5,2 persen susah (tercapai tahun ini)," katanya.
Ada banyak alasan, lanjut Darmin, yang melatarbelakangi pesimismenya. Pertama, pertama ekonomi dunia belum pulih sehingga harga komoditas masih akan turun hingga akhir tahun.
"Akibatnya volume ekspornya juga turun. Memang kemudian transaksi berjalan kelihatan membaik, tapi karena impornya turun agak cepat," tuturnya.
Kedua, tambah Darmin, percepatan belanja pemerintah belum terjadi sampe dengan akhir September sehingga akumulasi semua faktor itu membuat tidak cukup tenaga untuk mendongkrak perekonomian nasional.
"Sehingga pertumbuhannya masih sedikit lebih baik, bukan lebih jelek loh. Sedikit lebih baik dari kuartal sebelumnya, tapi tidak cukup baik untuk menyerap tambahan angkatan kerja. Akibatnya ya tingkat penganggurannya juga naik," tuturnya.
Mantan Gubernur bank Indonesia (BI) itu meramalkan motor pertumbuhan ekonomi pad akhir tahun ini kemungkinan akan bertumpu pada aktivitas belanja pemerintah serta pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi langsung.
"Jangan lupa sampai September investasinya rendah loh pertambahannya, cuma 4 koma berapa gitu, saya lupa. Sedangkan kita berharap setelah deregulasi ini, setelah kepercayaan mulai muncul dia akan bisa lebih baik," tuturnya.
(ags)