Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan mengingatkan Bank Indonesia agar memperhatikan pemulihan perekonomian di sektor riil dalam menetapkan tingkat suku bunga acuan. Hal itu dinilai penting meskipun kewaspadaan terhadap tekanan di pasar finansial tetap tidak dapat diabaikan.
"Dalam situasi sekarang memang melihat tekanan di pasar uang, tapi kita juga perlu selamatkan sektor riil," kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BKF Suahasil Nazara di Bogor, Minggu (8/11).
Di tengah upaya pemulihan konsumsi domestik, Suahasil menilai, pelaku usaha sektor riil memerlukan fasilitas pembiayaan yang lebih murah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karenanya, lanjut dia, saluran kredit dengan bunga yang rendah akan menambah manfaat program dan insentif lain yang sudah diberikan pemerintah.
Dia menyebut beberapa contoh kebijakan stimulus yang telah diterapkan pemerintah antara lain percepatan pembangunan infrastruktur dan formulasi baru dalam penyusunan upah.
"Jika ada ruang agar pembiayaan sektor riil lebih murah kami dukung. Ruang itu kami sepakat ada. Variabelnya, Inflasi, sudah kondusif," katanya.
Menurut Suahasil, dorongan untuk menumbuhkan sektor riil juga akan menjadi bagian dalam kerangka besar transformasi ekonomi domestik. Transformasi yang dimaksudnya adalah peralihan dari negara yang selama ini mengandalkan komoditas mentah sumber daya alam menjadi negara yang mengandalkan industri pengolahan.
Pada kesempatan terpisah, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengatakan terdapat ruang untuk penurunan suku bunga, mengingat laju inflasi dan defisit neraca transaksi berjalan yang membaik.
Namun, ditegaskan Darmin, pemerintah tidak akan mengintervensi BI. Turun atau tidaknya suku bunga diserahkan sepenuhnya kepada BI selaku otoritas moneter.
Mantan Gubernur BI itu menilai bank sentral memiliki pertimbangan tersendiri, terutama untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
"Kita tunggu saja pengumuman BI," ucap Darmin. Bank Indonesia baru akan melakukan Rapat Dewan Gubernur pada 17 November.
Sejak Februari 2015, Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan di 7,5 persen. Beberapa permasalahan ekonomi yang menjadi pertimbangan BI adalah laju inflasi dan dinamikan perekonomian global.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, tingkat inflasi sepanjang Januari-Oktober 2015 baru mencapai 2,16 persen dan inflasi secara tahun ke tahun (year on year) 6,25 persen. Angka tersebut masih cukup jauh dari target pemerintah yang mematok inflasi di level 4 persen.
Sedangkan pada September dan Oktober 2015, terjadi deflasi sebesar 0,05 persen dan 0,08 persen.
(antara)