Jakarta, CNN Indonesia -- PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, perusahaan konstruksi pelat merah, mencatat kontrak baru senilai Rp 17,52 triliun hingga Oktober 2015. Angka ini baru mencerminkan 55,37 persen dari target kontrak baru tahun ini yang sebesar Rp 31,64 triliun.
"Kami menargetkan pada tahun 2015, akan memperoleh total kontrak dihadapi sebesar Rp 54,39 triliun yang terdiri dari target kontrak baru tahun 2015 sebesar Rp 31,64 triliun dan carry over dari tahun 2014 sebesar Rp 22,75 triliun," kata Direktur Utama Wijaya Karya Bintang Perbowo di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (9/11).
Ia merinci, beberapa proyek yang telah diperoleh hingga Oktober 2015, yakni Proyek PLTA Upper Cisokan senilai Rp 930 miliar, Proyek Bendungan Passelorang, Sulawesi Selatan (Rp463 miliar), Proyek New Priok Container Keureto, Nangroe Aceh Darussalam (Rp403 miliar), Proyek Jalan Tol Bogor-Ciawi-Sukabumi Tahap I senilai Rp 355 miliar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perseroan, lanjutnya, juga telah memperoleh Proyek Jalan Non Tol (JLNT) Ciledug (Rp 351 miliar), Proyek Bendungan Logung Jawa Tengah (Rp 584,9 miliar), Proyek Pembangunan Jalan Tol Balikpapan-Samarinda (Rp 289,39 miliar), Proyek Double Track Jatinegara-Manggarai (Rp 363,26 miliar), Proyek Jalan Tol Solo-Kertosono (Rp 625 miliar).
"Disamping proyek infrastruktur, perseroan saat ini juga tengah mempersiapkan diri pada proyek-proyek di bidang migas, bangunan gedung serta pembangkit listrik yang merupakan bagian dari megaproyek 35 ribu MW," imbuhnya.
Direktur Keuangan Wijaya Karya Adji Firmantoro mengatakan pihaknya menganggarkan belanja modal (
capital expenditure/capex) sekitar Rp 1,1 triliun hingga Rp 1,4 triliun pada 2016. Sebagian dana hasil emisi obligasi akan dipergunakan untuk mendanai
capex tahun depan.
"Jika dana PMN (Penyertaan Modal Negara) cair,
capex akan sebesar Rp 1,4 triliun. Namun kalau tertunda,
capex tahun depan hanya Rp 1,1 triliun," pungkasnya.
Sebelumnya, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) membekukan alokasi PMN bagi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2016. Rencananya, PMN akan kembali dibahas dalam revisi APBN 2016.
Untuk itu, Adji mengaku Wijaya Karya tengah mengkaji penerbitan obligasi guna mengantisipasi ketidakjelasan PMN. Perseroan berencana menerbitkan obligasi hingga Rp 6 triliun dalam lima tahun.
"Kami akan terus menjalankan proyek. Jika PMN tertunda, kami akan mencari pendanaan melalui pasar modal salah satunya PUB (Penawaran Umum Berkelanjutan) senilai Rp 6 triliun," kata Adji.