Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menurunkan target pertumbuhan industri menjadi 5,2 hingga 5,5 persen hingga akhir 2015. Angka tersebut menurun tajam dibandingkan proyeksi awal sebesar 6,1 hingga 6,8 persen secara tahunan (
year on year/
yoy).
Sekretaris Jenderal Kemenperin Syarif Hidayat mengatakan bahwa kondisi makroekonomi yang berat menjadi penyebab pemerintah sulit meningkatkan kinerja industri nasional.
Depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat sebesar 16,43 persen dari awal tahun hingga kuartal III 2015, dianggapnya sebagai batu sandungan paling besar mengingat sebagian besar bahan baku industri non migas berasal dari impor.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita dihantam dari eksternal dihantam juga di internal. Utamanya pelemahan nilai tukar Rupiah, itu sangat menekan sekali sektor industri. Makanya melihat capaian hingga kuartal III, kami perkirakan pertumbuhan industri hingga akhir tahun maksimal sebesar 5,5 persen," jelas Syarif di Jakarta, Jumat (13/11).
Hingga kuartal III 2015, pertumbuhan industri non-migas tercatat di angka 5,21 persen atau meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 4,73 persen. Pertumbuhan tersebut menyumbang 17,82 persen terhadap kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB).
Dengan melihat historis pertumbuhan industri di kuartal I sebesar 5,21 persen dan kuartal II di angka 5,27 persen, maka rata-rata pertumbuhan industri selama sembilan bulan tahun ini ada di angka 5,23 persen. Bahkan, Syarif melihat angka pertumbuhan di kuartal IV berikutnya kurang lebih sama seperti kuartal-kuartal sebelumnya.
"Selama ekonomi belum menunjukkan perbaikan, maka pertumbuhan industri juga mengikuti. Dan kami melihat hingga akhir tahun perekonomian belum membaik, sehingga pertumbuhan industri flat hingga kuartal IV," tambahnya.
Membaik 2016Kendati demikian, Kemenperin tak merasa sengsara karena pertumbuhan industri sampai saat ini masih di atas pertumbuhan ekonomi. Seperti diketahui, pertumbuhan ekonomi pada kuartal III sebesar 4,73 persen yoy, sehingga rata-rata pertumbuhan ekonomi antara kuartal I hingga saat ini berada di angka 4,7 persen.
Bahkan, Kemenperin optimistis tahun depan pertumbuhan industri membaik karena adanya paket-paket kebijakan yang dimulai pada tahun depan seperti penurunan harga gas bagi industri menjadi US$ 7 per MMBTU per Januari mendatang dan juga formulasi upah buruh yang baru.
"Kami tidak bilang pertumbuhan industri tak akan membaik, namun belum membaik. Dan hal itu akan membaik seiring diberlakukannya paket kebijakan ekonomi. Tapi memang tak bisa berlangsung secara instan," tegasnya.
Sebagai informasi, target pertumbuhan industri sebesar 5,2 hingga 5,5 persen ini kurang lebih sama seperti capaian 2014 sebesar 5,3 persen. Angka tersebut terbilang menurun dari posisi 6,3 persen pada 2013, namun masih tetap berada di atas angka pertumbuhan ekonomi 2014 sebesar 5,11 persen.
(gen)