Menhub Jonan: Perang Tarif Maskapai Tidak Masuk Akal

Agust Supriadi | CNN Indonesia
Senin, 16 Nov 2015 06:09 WIB
Akibat perang tarif, pendapatan maskapai justru turun di saat jumlah penumpang pesawat meningkat pesat.
Menteri Perhubungan Ignasius Jonan dan Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk M. Arif Wibowo. (CNN Indonesia/Agust Supriadi)
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Perhubungan (Menhub) Ignasius Jonan mengaku heran dengan strategi maskapai penerbangan yang saling bersaing menurunkan harga tiket. Akibatnya, pendapatan maskapai justru turun di saat jumlah penumpang pesawat meningkat pesat.

"Saya itu orang yang heran dengan industri airlines. Kenapa kok ingin tiket bersaing murah-murahan  sampai tidak masuk akal. Sampai sekarang saya tidak mengerti. Mungkin saya kurang cerdas," jelas Menhub usai membuka Konferensi Asosiasi Penerbangan Asia Pasifik (AAPA) di Nusa Dua, Bali, Jumat (13/11).

Menurutnya, dari semua jenis moda transportasi, hanya pesawat udara dan kereta api yang jumlah penumpangnya terus meningkat. Sebaliknya, penumpang kapal laut dan bus justru berkurang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ya seharusnya bersaing supaya kualitas service-nya menjadi lebih bagus," katanya.

Jonan menambahkan, keselamatan angkutan seharusnya menjadi prioritas utama bagi setiap operator angkutan umum. Dia menegaskan, tidak ada kompromi soal itu.

Terkait itu, lanjutnya, Kementerian Perhubungan mengalokasikan US$ 1 miliar atau sekitar Rp 13,5 triliun di APBN 2016 khusus untuk menata keselamatan angkutan darat, laut dan udara. Sayangnya, Jonan enggan merinci alokasi dan peruntukan dari dana tersebut.

Kelebihan Kapasitas

Sebelumnya, Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk M. Arif Wibowo melaporkan, jumlah penumpang pesawat udara di kawasan Aisa Pasifik menembus 206,1 juta hingga September 2015, tumbuh 8,3 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Sayangnya, pendapatan rata-rata maskapai di kawasan tersebut justru turun sekitar 2,1 persen karena masalah kelebihan kapasitas pesawat.

"Kami mengalami oversupply karena depresiasi mata uang dan kompetisi. Semua maskapai berupaya untuk mendapatkan market share dengan cara menurunkan harga," jelasnya.

Arif mengatakan, persaingan ketat industri penerbangan di kawasan Asia Pasifik juga tak lepas dari semakin dominannya maskapai-maskapai raksasa asal Timur Tengah di kancah global.

"Dan satu lagi, kami lagi menghadapi persaingan middle east carrier, kan lagi ramai sama AS. Jadinya sebagian men-deploy pesawat mereka ke Asia semua. Terakhir juga banyak yang melakukan strategi joint venture antar-maskapai besar," tuturnya. (ags)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER