Pertamina Nonaktifkan Empat Karyawan Mafia Petral

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Senin, 23 Nov 2015 19:32 WIB
Empat karyawan tersebut menduduki posisi manajemen di anak usaha Pertamina, Petral yang dipekerjakan Pertamina setelah Petral dilikuidasi pada Mei 2015 lalu.
Dirut Pertamina Dwi Soetjipto mengatakan hasil penelusuran lebih lanjut atas empat karyawannya akan menentukan mereka layak dipecat atau tidak. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto mengatakan telah menonaktifkan 4 pegawai yang terbukti terlibat di dalam pengadaan impor minyak yang dilakukan oleh Pertamina Energy Trading Ltd (Petral).

Dwi mengatakan kalau empat karyawan perusahaan tersebut terbukti terlibat setelah Pertamina melakukan audit terhadap Petral sejak 2012 hingga 2014 yang dilakukan oleh auditor eksternal, Kordamentha. Empat pegawai tersebut sebelumnya bekerja di Petral yang dipekerjakan ke Pertamina setelah anak usaha itu dibubarkan pada Mei 2015 lalu.

"Ada empat orang yang terlibat sudah kami nonaktifkan terhitung sejak kami baca hasil auditnya. Sekarang masih di nonaktifkan, tapi kami lihat lagi kalau memang layak untuk dipecat ya kami pecat," ujar Dwi di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat, Senin (23/11).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mantan bos PT Semen Indonesia Tbk itu bekerjasama dengan pelaku tender (bidder) atau calon importir yang sedianya akan menyalurkan minyak ke Pertamina sehingga membuat harga impor mahal. Empat karyawan tersebut, ujarnya, berada di tingkatan managerial dan bukan pegawai biasa.

"Mereka dulunya manager di Petral dan sejauh ini belum ada yang ditemukan dari pihak internal Pertamina. Tentu saja kami akan lakukan investigasi lebih lanjut untuk menentukan apakah seseorang bersalah atau tidak," tambahnya.

Kendati demikian, manajemen Pertamina masih enggan untuk melakukan audit sebelum 2012 karena audit antara 2012 hingga 2014 ini sudah dirasa cukup.

"Kami sudah paham ada praktik-praktik yang membuat harga impor menjadi lebih mahal. Untuk sementara kami rasa cukup," terangnya.

Sebagai informasi, pembubaran Petral dimulai sejak 13 Mei lalu di mana Pertamina menghentikan seluruh kegiatan Petral, dan dua anak usahanya yakni Pertamina Energy Service Ltd (PES) dan Zambesi Investment Ltd. Audit atas perusahaan-perusahaan itu dimulai pada Juni 2015 lalu, sedangkan likuidasi aset Petral akan dilakukan mulai April 2016 mendatang.

Dalam proses audit ini, Pertamina melakukan audit forensik dan investigasi terhadap laporan keuangan Petral dan kontrak-kontrak yang dilakukan dalam jangka waktu 2012 hingga 2014. Sejak dihentikan operasinya, Petral tercatat memiliki aset sebesar US$ 2 miliar atau sekitar Rp 26 triliun, dimana valuasi tersebut juga terdiri dari aset serta piutang anak usaha Petral di bidang jual-beli migas di luar negeri.

Direktur Pemasaran Pertamina Ahmad Bambang menambahkan, besar kemungkinan manajemen Pertamina akan melaporkan para pegawai yang menjadi bagian dari mafia migas kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk keperluan pengembangan kasus lebih lanjut.

“Ini masih terus diinvestigasi. Seberapa besar perannya dan keterkaitannya. Dari internal pertamina ada kasus internal antara penurunan jabatan atau dipecat. Kalau masuk hukum, KPK tunggu saja kan sudah dilaporkan,” tegas Ahmad. (gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER