Pertamina dan Saudi Aramco Sepakat Bentuk Perusahaan Patungan

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Selasa, 24 Nov 2015 12:05 WIB
Setelah kilang Cilacap, Pertamina dan Saudi Aramco akan investasi hingga US$12 miliar untuk mengembangkan kilang-kilang lainnya.
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto. (CNN Indonesia/Diemas Kresna Duta)
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pertamina (Persero) dan perusahaan minyak asal Arab Saudi, Saudi Aramco sepakat membentuk perusahaan patungan guna meningkatkan kapasitas produksi kilang minyak di Cilacap, Jawa Barat. Perjanjian joint venture akan diteken pada 26 November 2015, dengan proyek pertama meningkatkan kapasitas produksi kilang Cilacap dari 260 ribu barel per hari (Bph) menjadi 360 ribu Bph.

Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto mengatakan dengan kesepakatan joint venture tersebut, Pertamina akan memiliki 55 hingga 60 persen saham perusahaan patungan tersbeut. Adapun aset Pertamina di kilang Cilacap akan dihitung ke dalam komponen kepemilikan Pertamina.

"Kita masih menjadi mayoritas di dalam joint venture ini, di mana Pertamina menaruh aset yang lama untuk disertakan beserta uang. Kalau misalkan kedua komponen itu tak mencapai 55 persen kepemilikan, ya kita tambah lagi (modalnya) hingga mencapai angka segitu," jelas Dwi di Jakarta, Selasa (25/11).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lebih lanjut, ia mengatakan kalau nilai joint venture ini bernilai US$ 5,5 miliar. Dengan kata lain, Pertamina akan menyuntik modal US$ 3,02 miliar hingga US$ 3,3 miliar ke perusahaam patungan ini.

"Nanti investasinya dilakukan secara bertahap. Untuk tahun pertama kan baru engineering saja, dan itu hanya membutuhkan 10 hingga 15 persen dari nilai investasi tersebut. Realisasinya mungkin akan terjadi di tahun 2016 mendatang," tuturnya.

Dwi Soetjipto menambahkan, produk yang akan dihasilkan kilang Cilacap nantinya kemungkinan besar berupa bahan bakar minyak (BBM) berkadar oktan 92 (RON 92) mengingat teknologinya sudah bisa mengarah ke sana. Namun, tak menutup kemungkinan kilang itu akan memproduksi BBM RON 88 jika permintaan pasarnya masih tinggi.

Kendati demikian, lanjut Dwi, kedua perusahaan sepakat untuk tidak memasuki lini distribusi BBM terlebih dahulu karena tingkat profitabilitasnya lebih rendah dibandingkan kegiatan hulu. Ia menggambarkan, margin usaha berjualan Premium yang kecil telah menurunkan laba Pertamina 42 persen dari US$ 590 juta di kuartal III tahun lalu menjadi US$ 340 juta pada periode yang sama tahun ini.

"Kondisi retail BBM kan profitabilitasnya rendah. Ketika hilir masih rendah profitabilitasnya, maka pertamina offtake seluruhnya," tuturnya.

Setelah kilang Cilacap, Pertamina juga akan bekerjasama dengan Saudi Aramco untuk mengembangkan kilang-kilang lainnya. Ia tak menyebut lokasi kilang-kilangnya, tetapi ia mengatakan nilai investasinya sebesar US$ 10 miliar hingga US$ 12 miliar.

Untuk mengembangkan proyek-proyek ini, Pertamina juga rencananya akan mencari dana eksternal mengingat pembiayaan internal perusahaan hanya akan berkontribusi sebesar 40 persen dari total proyek-proyek yang akan dikerjakan Pertamina.

"Cuma kita tidak tahu sumbernya dari mana. Karena kan yang melakukan pembiayaan adalah joint venture, jadi nanti joint venture yang tentukan sumbernya," tutur Dwi. (ags/gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER