Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah menyambut baik keinginan pemerintah Arab Saudi yang mau menjadikan Indonesia lokasi investasi dan pemasaran perusahaan migasnya, Aramco. Namun, minat tersebut mendapatkan respons dingin dari PT Pertamina (Persero) selaku BUMN minyak dan gas (migas).
"Mereka (pemerintah Arab Saudi) berharap Aramco bisa masuk ke hilir, ke marketing dan distribusi. Pertamina belum sepenuhnya sepakat. Sementara secara regulasi dan secara arah pemerintah juga kita membuka lebih lebar market untuk hilir," ujar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman dari Timur Tengah seperti dikutip dari situs resmi Sekretariat Kabinet, Selasa (15/9).
Sudirman menjelaskan ada beberapa isu yang belum sepakat terkait wacana kerjasama Aramco dengan Pertamina. Menurutnya, pemerintah berharap kehadiran Aramco di Tanah Air tidak hanya untuk menjamin pasokan minyak mentah tetapi juga menanamkan modal di sektor hilir migas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan demikian, lanjutnya, beban pengadaan cadangan dan infrastruktur migas di Indonesia bisa dibagi antara Pertamina dengan pemain-pemain lain.
"Yang kedua, dengan adanya persaingan yang lebih luas, mau tidak mau seluruh pemain baik swasta maupun Pertamina akan dipacu untuk lebih efisien, dan yang diuntungkan adalah masyarakat," tutur Mantan Direktur Utama PT PIndad itu.
Pertamina, kata Sudirman, masih harus menyimpulkan bagaimana dampak dari rencana investasi Aramco ini. Dia meyakini sebenarnya Pertamina sudah siap untuk bekerjasama dengan Aramco.
"Kalau saya kemarin mengikuti pembicaran Presiden (Jokowi) baik dengan Raja (Arab Saudi) maupun dengan Menteri Pertahanan, Putra Mahkota dan pebisnis, memang Saudi Arabia sudah siap untuk masuk ke Indonesia," jelasnya.
Sudirman Said menuturkan Aramco merupakan produsen minyak yang sangat besar dan sudah lama memasok produknya ke Indonesia. Aramco, jelas Sudirman, saat ini tertarik untuk membangun fasilitas pemurnian dan kilang penyimpanan minyak di Indonesia.
"Saya kira Aramco tertarik
refinary dan
storage, karena mereka itu, apalagi Arab Saudi, atau rata-rata negara Timur Tengah cukup punya cadangan minyak dan minyaknya murah. Karena minyaknya di darat, jadi mereka lebih tertarik bagaimana mereka menggunakan Indonesia sebagai pasar. Artinya, mengirim crude, membangun kilang, artinya diditribusikan dan dijual di wilayah kita," tuturnya.
Dengan demikian, lanjutnya, Indonesia terutama Pertamina akan mendapat manfaat dari investasi Aramco tersebut karena tidak harus menanggung biaya pembangunan refinery dan storage minyak.
Menurutnya, semua produsen minyak, tak terkecuali Aramco saat ini berusaha keras untuk mendiversifikasi produknya tak hanya minyak dan gas.
"Ini yang bisa berpartner, kita butuh uang mereka, kita butuh minyak mereka, kemudian kita memberikan
opportunity untuk investasi di Indonesia," jelasnya.
Terlebih dengan kembali bergabungnya Indonesia ke dalam Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC), Sudirman melihat peluang kerja sama dengan negara-negara produsen minyak dunia semakin terbuka.
"Meskipun tidak selalu (kerja sama) dalam bidang minyak, akan sangat terbantu karena kita akan berinteraksi dengan mereka," tuturnya.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo berhasil mengantongi komitmen investasi sebesar US$ 10 miliar dari hasil pertemuannya dengan sejumlah pengusaha Arab Saudi pada Minggu (13/9).
(ags)