Astra Otoparts: Kenaikan Upah Buruh Berpotensi Gerus Laba

Giras Pasopati | CNN Indonesia
Jumat, 27 Nov 2015 15:54 WIB
Pengurangan tenaga kerja menjadi opsi terakhir PT Astra Otoparts Tbk meski dihantui tuntutan tinggi kenaikan upah minimum buruh.
Kegiatan bisnis PT Astra Otoparts Tbk (AUTO). (Dok. Astra Otoparts)
Jakarta, CNN Indonesia -- Produsen suku cadang kendaraan, PT Astra Otoparts Tbk mengkhawatirkan tuntutan tinggi upah minimum buruh pada tahun depan karena berpotensi menggerus laba usaha dan mengganggu penjualan.

Direktur Keuangan Astra Otoparts, Hugeng Gozali mengatakan komponen upah dalam struktur penjualan saat ini sekitar 10 persen. Meskipun tidak sebesar komponen material yang mencapai 50 persen, tetapi perkembangan upah buruh menjadi perhatian serius manajemen mengingat  gejolak tuntutannya terbilang tinggi di lapangan.

“Kalau terjadi peningkatan upah buruh sampai 17 persen, maka komposisi upah buruh terhadap penjualan langsung naik 1,5 persen," tuturnya di Sentul, Bogor, Jumat (27/11).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dengan jumlah buruh sebanyak 33 ribu orang, Hugeng mengatakan kenaikan tinggi upah minimum bakal berpengaruh sangat besar terhadap pengeluaran perusahaan. Apabila yang ditakutkan terjadi, maka akan menggerus laba bersih Astra Otoparts secara signifikan. "Bisa turun puluhan miliar,” ungkapnya.

Hugeng menyatakan, jika perseroan tidak bisa memprediksi dan mengantisipasi penaikan upah buruh tersebut, maka ditakutkan margin laba perseroan bakal tergerus. Atas dasar itu pihaknya terus mencari solusi agar penggerusan marjin tidak terlalu dalam.

“Artinya, kalau harga jual tidak bisa naik, maka margin akan tergerus dengan peningkatan inflasi, biaya sewa toko. Jika peningkatan upah buruh sangat tinggi, jauh dari inflasi, maka akan terjadi penurunan margin di industri kami,” jelasnya.

Kendati demikian, Hugeng menambahkan, perusahaan belum berani untuk menaikkan harga jual produk onderdilnya karnea dikhawatirkan akan memberatkan kinerja penjualan di tengah kondisi ekonomi sedang lesu. Apalagi, lanjutnya, aturan Kementerian Perdagangan yang baru dengan membuka barang impor membuat kompetisi makin ketat.

“Penaikan harga jual belum ada karena kondisi sedang susah. Tahun depan juga belum tahu. Kedua karena adanya aturan Menteri Perdagangan yang baru, barang impor masuk sehingga kita harus lebih kompetitif,” ucap Hugeng.

Kendati demikian, Hugeng mengaku opsi pengurangan tenaga kerja adalah hal terakhir yang bakal dilancarkan oleh perseroan. Ia menyatakan perseroan bakal lebih berfokus ke penghematan penggunaan material dan pengurangan jam produksi.

“Pengurangan jumlah buruh adalah hal terakhir yang harus dilakukan. Pertama adalah lebih ke penghematan penggunanan material kemudian pengurangan jam produksi,” kata Hugeng.

Hingga akhir September 2015,  pendapatan Astra Otoparts tercatat sebesar Rp8,67 triliun, turun 5,55 persen dibandingkan dengan perolehan periode yang sama tahun lalu Rp9,18 triliun. Adapun beban pokok pendapatan juga turun 5 persen menjadi Rp7,4 triliun.

Hal itu membuat laba kotor perseroan turun 7,97 persen menjadi Rp1,27 triliun. Sayangnya, laba periode berjalan yang diatribusikan kepada entitas induk (laba bersih) tertekan lebih dalam, yakni mencapai 72,07 persen menjadi Rp179,03 miliar (ags/gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER