Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menargetkan penggunaan energi terbarukan pada 2025 meningkat tiga kali lipat dari saat ini atau mencapai 23 persen dari total konsumsi bahan bakar nasional.
Salah satu caranya adalah dengan mengalihkan subsidi bahan bakar minyak (BBM) untuk mendanai kegiatan-kegiatan produktif sehingga membuka ruang pemanfaatan ennergi terbarukan yang lebih besar.
“Indonesia telah melakukan berbagai langkah dalam menurunkan emisi," ujar Jokowi pada Pertemuan Para Pihak (Conference of Parties/COP) ke – 21 Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim, Senin (30/11) di Paris, Perancis.
Pada hari pertama konferensi internasional tersebut, Jokowi bersama bersama dengan 147 kepala Negara mendekralasikan Misi Inovasi Pengembangan Energi Bersih Dunia. Ini merupakan salah satu misi global untuk memastikan terjadinya transformasi dan proses diseminasi penggunaan energi ramah lingkungan. Tujuan akhirnya dalah menjadikan dunia lebih lestari dan berkelanjutan, dengan melibatkan sektor swasta dan publik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam kesepakatan tersebut, Jokowi berharap pemerintah dan pelaku usaha dapat mempercepat penyebarluasan inovasi energi bersih sebagai upaya penting penanganan perubahan iklim.
Dalam keterangan resminya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said menjelaskan substansi dari Misi Inovasi Pengembangan Energi Bersih Dunia sejalan dengan arah kebijakan pemerintahan Jokowi terkait pengembangan energi bersih dan terbarukan. Bahkan, ia mengklaim Indonesia merupakan salah satu pemrakarsa dari Misi Inovasi.
Menurutnya, Indonesia sedang mengembangkan pusat unggulan energi bersih yang direncanakan mulai beroperasi pada tahun depan.
"Ini akan berkontribusi pada pengembangan energi bersih di tingkat regional maupun global, melalui aktivitas pengonsolidasian pengetahuan, melakukan kegiatan penelitian, memfasilitasi investasi, dan mendukung pengembangan teknologi," tutur Sudirman.
program Pengembangan Energi Bersih ini merupakan representasi dari 85 persen kekuatan pengembangan energi bersih dunia, baik dari sisi penelitian hingga investasi. Sejumlah negara yang terlibat dalam program tersebut meliputi Australia, Amerika Serikat, Brasil, Kanada, Chile, China, Denmark, Jerman, India, Indonesia, Italia, Inggris, Jepang, Meksiko, Norwegia, Perancis, Republik Korea, Saudi Arabia, Swedia dan Uni Emirat Arab.
Manfaat dari kesepakatan global ini, tutur Sudirman, antara lain Indonesia akan mendapatkan akses yang lebih mudah terhadap teknologi energi bersih dari negara maju.
Selain itu, lanjutnya, Indonesia akan mendapatkan kemudahan dalam menjaring investasi energi bersih sebagai bagian upaya mewujudkan kedaulatan energi bangsa, termasuk melalui program listrik 35.000 MW.
(ags/gen)