Bos Diperiksa Dewan, Saham Freeport Turun 1,92 Persen

Irene Inriana, Agust Supriadi | CNN Indonesia
Jumat, 04 Des 2015 15:59 WIB
Rendahnya harga komoditas menjadi penyebab harga saham emiten berbasis sumber daya alam mengalami penurunan sepanjang tahun ini.
Harga saham Freeport McMoRan Inc di bursa saham New York. (CNN Indonesia/Gentur Putro Jati)
Jakarta, CNN Indonesia -- Saham Freeport-McMoRan Inc (FCX) di bursa efek New York, Amerika Serikat (AS) kembali anjlok berbarengan dengan diperiksanya Maroef Sjamsuddin, Presiden Direktur Freeport Indonesia oleh Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) kemarin.

Pada perdagangan Rabu (2/12) waktu New York , harga saham FCX ditutup melemah 1,92 persen di level US$ 7,68 per saham, setelah dibuka pada level US$ 7,9 per saham. Kondisi tersebut menyebabkan saham Freeport telah mengalami pelemahan 66,9 persen year to date (ytd).

Salah satu isu yang menjadi catatan Reuters dibalik anjloknya harga saham emiten tambang AS tersebut adalah pemberitaan mengenai diperiksanya mantan Wakil Kepala Badan Intelijen Negara yang sekarang menjadi bos Freeport Indonesia Maroef Sjamsuddin oleh MKD. Pemeriksaan Maroef berlangsung sejak siang hari sampai tengah malam kemarin, terkait perkara lobi perpanjangan kontrak karya yang menyeret nama Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Setya Novanto dan pengusaha Rizal Chalid.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pengaruh Harga Komoditas

Pada bagian lain, Reuters juga mencatat meningkatnya persediaan minyak AS menjadi 1,2 juta barel pada pekan lalu turut menekan kembali harga minyak mentah yang secara tidak langsung berpengaruh pada harga saham Freeport.

Hal tersebut dibenarkan oleh Analis PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong yang mencatat secara keseluruhan harga saham emiten berbasis sumber daya alam tengah turun akibat perlambatan ekonomi global.

“Kalau dilihat, pertambangan cenderung bereaksi negatif terhadap semua perkembangan. Belakangan ini memang kurang bagus, terutama hampir semua ya terutama bijih besi, batubara juga emas. Harga mencapai rekor terendah, bijih besi kalau tidak salah lebih dari 50 persen anjloknya,” ujar Lukman saat dihubungi, Jumat (4/12).

Terkait kinerja Freeport, Lukman menilai pengelola tambang Grasberg di Papua tersebut sudah berhasil melakukan efisiensi biaya produksinya. Freeport menurutnya mengeluarkan biaya penambangan yang jauh lebih rendah daripada perusahaan tambang di tempat lain,.

“Walau demikian saya lihat Freeport masih negatif, terutama dari bagian internal juga dari pemerintah. Proses IPO, divestasi juga memberikan sentimen negatif. Induk Freeport di AS bersama perusahaan pertambangan lain menahan divestasi karena cenderung faktor skala keekonomian,” kata dia.

Namun, lanjut Lukman, turunnya saham Freeport bukan disebabkan oleh karena kinerja perusahaan saja.

“Memang bukan hanya kinerja perusahaannya. Karena saat ini tidak ada alasan untuk melakukan ekspansi dengan harga komoditas yang masih sangat rendah,” tuturnya. (gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER