Bursa AS Hijau, Sinyal Window Dressing IHSG Menguat

Giras Pasopati | CNN Indonesia
Senin, 07 Des 2015 06:11 WIB
Kepala Riset Universal Broker Indonesia Satrio Utomo menilai pelaku pasar tak lagi khawatir terhadap sentimen penaikan Fed rate atau pemangkasan suku bunga ECB.
Pantulan angka Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di ruang kaca Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin, 10 Agustus 2015. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi bakal mengalami penguatan yang cukup signifikan setelah menghijaunya bursa Amerika Serikat (AS) pada akhir pekan lalu, memberikan sinyal bermulanya window dressing atau aksi mempercantik portofolio di penghujung tahun.

Kepala Riset Universal Broker Indonesia Satrio Utomo mengatakan indeks Dow Jones Industrial (DJI) kembali rebound besar 369,69 poin atau 2,12 persen. Menurutnya, penutupan Dow Jones di level 17.847,63 jelas bagus, karena tak hanya resisten pertama di angka 17.625 yang ditembus, DJI bahkan ditutup di atas resisten kedua di 17.800.

“Alasannya standar, mereka (pelaku pasar) tidak takut pada Eropa lagi. Mereka tidak takut terhadap The Fed lagi. Data tenaga kerja yang positif mereka respon dengan bagus. Itu yang membuat DJI naik lagi,” ujarnya dalam riset, dikutip Minggu (6/12).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia mengaku telah memprediksi efek kekhawatiran pelaku pasar terhadap krisis keuangan di Eropa. Asal tahu saja, bank sentral Eropa (ECB) baru saja melakukan manuver yang cukup kontroversial dengan menurunkan suku bunga acuan hingga ke level -0,3 persen.

“Bener ternyata dugaan saya kemarin, kalau ketakutan DJI terhadap Krisis Eropa itu ternyata hanya sehari doang. Tidak lama,” ungkapnya.

Satrio menilai bahwa kekhawatiran pasar domestik juga sebaiknya kian diredam setelah adanya hal tersebut. Pasalnya, dari apa yang telah terjadi, nyatanya optimisme yang diikuti aksi borong saham masih terjadi.

“Satu hal lagi yang menjadi catatan saya adalah, buang jauh-jauh pikiran anda bahwa market Amerika takut dengan kenaikan suku bunga. Saya heran masih banyak orang yang berpendapat seperti itu. Market takut The Fed lah, market takut Yellen. Sama sekali tidak. Market memang masih takut dengan harga minyak takut sedikit. Tapi tidak terhadap Yellen dan tidak terhadap kenaikan suku bunga,” katanya.

Lebih lanjut, Satrio memprediksi IHSG memiliki resisten pertama dengan gap di level 4.531-4.541. Menurutnya, jika level resisten itu bisa ditembus, maka berarti IHSG sudah memasuki trend naik lagi.

Sementara itu, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, IHSG di sepanjang pekan lalu bergerak dalam teritori negatif. Di akhir pekan, IHSG ditutup turun 0,64 persen ke level 4.508 dibandingkan penutupan di hari sebelumnya. Sementara secara mingguan, pergerakan IHSG di periode 30 November 2015 hingga 4 Desember 2015 mengalami pelemahan sebesar 1,14 persen dibandingkan penutupan di pekan sebelumnya yang berada di level 4.560,560 poin.

Di sisi lain, Kepala Divisi Komunikasi BEI Irmawati Amran menyatakan rata-rata nilai transaksi harian tumbuh 32,77 persen menjadi Rp5,99 triliun dari Rp4,51 triliun pada sepekan sebelumnya. Sementara rata-rata volume transaksi harian mengalami kenaikan 5,53 persen dan rata-rata frekuensi harian bertambah 13,67 persen.

“Investor asing mencatatkan jual bersih di pasar saham dalam lima hari terakhir dengan nilai Rp2,29 miliar, dan secara tahunan, aliran dana investor asing di pasar saham masih tercatat net sell Rp22,01 triliun,” jelasnya. (gir)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER