Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak dunia anjlok ke titik terendah dalam tujuh tahun terakhir pasca Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) mempertahankan tingkat produksinya.
Mengutip Reuters, harga minyak di pasar komoditas Nymex West Texas Intermediate (WTI) per Selasa (8/12) turun sebesar 6 persen ke angka US$ 37,76 per barel. Sedangkan di pasar London Brent (ICE) harga minyak negatif 5,3 persen ke level US$ 40,96 per barel.
Pengamat energi yang juga Dewan Penasehat Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), Rovicky Dwi Putrohari meyakini tren penurunan harga minyak dunia masih akan berlangsung lama menyusul membanjirnya pasokan minyak mentah di beberapa pasar komoditas global.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, menurunnya konsumsi minyak dan gas di China dinilai Rovicky akan turut menarik ke bawah harga minyak di pasar internasional.
"Jadi sederhananya penurunan lebih dikarenakan
supply (penawaran) yang tetap dan cenderung meningkat namun tidak dibarengi
demand (permintaan) yang bagus," ujar Rovicky kepada CNN Indonesia, Selasa (8/12).
Selain faktor permintaan dan penawaran, Rovicky melihat pengaruh lain juga muncul sejak dibukanya embargo pasokan energi ke Iran dan kian masifnya pengembangan produksi shale oil dan shale gas di Amerika Serikat (AS).
"Jadi jangan heran kalau di musim dingin seperti sekarang harga minyak malah menyentuh level US$30 per barel dan di musim panas nanti akan bertahan dan malah turun," tuturnya.
Untuk beberapa negara, lanjut Rovicky, kejatuhan harga minyak justru positif bagi pertumbuhan ekonominya. Pasalnya, minyak bumi masih menjadi sumber energi penggerak roda ekonomi sejumlah negara konsumen terbesar.
"Jadi ketika harga minyak rendah, positifnya akan terasa bagi pertumbuhan ekonomi khususnya untuk negara konsumen besar. Karena pada dasarnya minyak merupakan sumber energi, bukan malah menjadi komoditas," imbuhnya.
Pada November lalu, rata-rata harga minyak mentah Indonesia (ICP) sendiri berada di level US$41,44 per barel, turun dari bulan sebelumnya di level US$43,68 per barel.
(ags/gen)