Nusa Dua, CNN Indonesia -- Pemerintah membuka opsi penerbitan kedua obligasi negara berdenominasi dolar Amerika Serikat tahun depan meskipun telah sukses melalukan
prefunding melalui lelang global bond US$ 3,5 Miliar pada awal Desember 2015.
"Global
bond sudah terbit, tapi mungkin saja terbit yang kedua," ujar Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Robert Pakpahan di sela Konferensi Fiskal Internasional di Nusa Dua, Bali, Kamis (10/12).
Menurut Robert, untuk pembiayaan tahun ini pemerintah sukses menerbitkan global
bond sebesar US$ 4 miliar. Sedangkan untuk tahun depan yang baru masuk dari obligasi valas baru US$ 3,5 miliar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dan kami tidak merinci nilai global
bond berikutnya,
subject to market condition. Bisa semester I atau semester II,” tuturnya.
Meskipun tidak mengungkap jadwal penerbitan berikutnya, tapi Robert menyinggung soal penerbitan global
bond yang biasanya tuntas pada semester satu.
"Kemarin global
bond ada kesempatan masuk, kami terbitkan dan dapat US$ 3,5 miliar, tuturnya.
Menurutnya, ada empat jenis obligasi valas yang akan terbit tahun depan, yakni global
bond, sukuk global, samurai
bond, dan euro
bond.
Obligasi SyariahTerkait rencana pemerintah menerbitkan obligasi syariah atau sukuk negara sekitar Rp 130 triliun pada tahun depan atau 23 persen dari total target bruto penerbitan surat berharga negara senilai Rp 532 triliun, Robert menyebut dibutuhkan aset penjaminan (
underlying asset) dengan nominal yang sama.
"Kira-kira sekitar Rp 130 triliun, minimal
underlying asset-nya segitu, baik dalam aset maupun proyek," jelas Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Robert Pakpahan di sela konferensi fiskal internasional di Nusa Dua, Bali, Kamis (10/12).
Robert menjelaskan, aset penjaminan terbesar berupa proyek infrastruktur pemerintah, sedangkan aset berupa fisik bangunan hanya sebagian kecil.
"Proyek akan lebih banyak karena kalau dilihat belanja proyek pemerintah yang Rp 290 triliun, itu bisa jadi kandidat," tuturnya.
Robert mengatakan target penerbitan obligasi berdenominasi valas tahun depan sekitar 30 persen dari total target bruto penerbitan SBN Rp 532 triliun. Khusus untuk sukuk global, Robert mengatakan idealnya mengikuti ketentuan itu.
"Sukuk valas juga harusnya
comparable, tapi tidak ada spesifik number karena
subject to market," tuturnya.
(gen)