Jakarta, CNN Indonesia -- Bursa saham Asia tergelincir dan sebaliknya nilai tukar dolar Amerika langsung menguat pasca Gubernur Bank Sentralnya (The Federal Reserve) Janet Louise Yellen memberi sinyal akan menormalisasi kebijakan moneter pada akhir bulan ini.
Pada pembukaan perdagangan hari ini, Kamis (3/12), Reuters mencatat indeks Nikkei di Jepang turun 0,3 persen. Sedangkan indeks MSCI dari saham-saham Asia Pasifik di luar Jepang juga turun 0,6 persen pasca komentar Yellen dan penurunan harga minyak mentah.
Penurunan juga terjadi pada bursa saham Australia yang negatif 0,6 persen, dan indeks Kospi di Korea Selatan anjlok 1 persen. Hanya indeks saham Shanghai yangh melawan tren dengan penguatan 0,1 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada Rabu (2/12) waktu Washington, Yellen berharap kenaikan suku bunga The Fed akan menjadi bukti pemulihan ekonomi AS dari resesi.
Investor sudah bertaruh Fed akan menaikan tingkat bunga acuan bulan ini dari kisaran nol hingga 0,25 persen di mana angka tersebut telah lama bertahan sejak 2008. Para ekonom juga melihat bahwa ada kesempatan yang kuat dari kenaikan suku bunga pada bulan ini.
Sementara itu pejabat The Fed lainnya John Williams mengatakan butuh waktu setidaknya satu tahun ubtuk menormalkan kembali Fed Fund Rate kembali ke level 3,5 persen.
Sementara di Indonesia. indeks harga saham gabungan (IHSG) dibuka melemah 0,43 persen. Sedangkan rupiah terkoreksi sebesar 76 poin menjadi Rp13.856 per dolar Amerika.
"Dolar AS bergerak menguat terhadap mayoritas mata uang utama dunia setelah Gubernur Bank Sentral AS Janet Yellen memberikan sinyal kesiapannya untuk menaikkan suku bunga seiring dengan data AS mengindikasikan solidnya pasar tenaga kerja," kata Analis dari PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong, seperti dikutip dari Antara.
Ia mengemukakan, laporan tenaga kerja versi ADP (Automatic Data Processing) menunjukkan terjadi penambahan pekerja di sektor swasta sebanyak 217 ribu pada bulan lalu, sedangkan produktifitas di luar sektor pertanian juga menunjukkan peningkatan.
menurutnya, menguatnya dolar AS juga telah menekan harga komoditas dunia. Situasi itu juga dapat mempengaruhi kinerja korporasi di dalam negeri yang akhirnya turut memperlambat laju ekonomi nasional.
Kendati demikian, ia mengatakan, koreksi mata uang rupiah masih cenderung tertahan lebih dalam seiring dengan kondisi fundamental ekonomi domestik yang masih cukup solid serta adanya penjagaan dari Bank Indonesia.
(ags/gen/antara)