Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Perdagangan (Kemendag) menilai industri otomotif Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi produk ekspor andalan dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
Direktur Jenderal Kerjasama Perdagangan Internasional Kemendag Bachrul Chairi menjelaskan, besarnya peluang industri otomotif nasional tak lepas dari banyaknya masyarakat di Asean yang menggunakan kendaraan otomotif pribadi khususnya sepeda motor.
“Kecuali di Singapura saja yang penggunaan sepeda motornya sangat kecil. Di negara-negara lain penggunaan sepeda motor sangat tinggi seperti di Kamboja, Myanmar, Laos, Vietnam, Indonesia, dan Filipina,” kata Bachrul di Jakarta, Kamis (31/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain fakta tersebut, Bachrul bilang industri komponen otomotif nasional juga diyakini memiliki prospek yang bagus seiring dengan besarnya minat investasi asing di dalam negeri. Ini terlihat dari adanya beberapa perusahaan asing yang akan menjadikan Indoensia sebagai basis ekspor produk otomotif.
“Sekarang ini perusahan-perusahaan Jepang sudah menambahkan investasinya Toyota, Mitsubishi, kemudian merek-merek lainnya di tahun 2015 ini untuk menunjang pengembangan tier 3 dari industri komponen di Indonesia,” ujarnya.
Seperti diketahui, saat ini industri komponen otomotif Tanah Air berada di tier 1 dan 2 lantaran telah memproduksi berbagai produk seperti
body luar mobil,
chasis, cakram rem, ban, dan lain sebagainya.
Ke depan, Bachrul meyakini industri komponen otomotif Indonesia akan mengalami pertumbuhan yang signifikan.
“Kita perkirakan dalam empat-lima tahun ini bisa mencapai US$10 milair. Nanti mobil atau otomotif itu bisa menggantikan produk utama ekspor kita di masa yang akan datang, kelihatannya tren-nya demikian,” cetusnya.
Bersaing dengan Thailand
Akan tetapi, di tengah pertumbuhan industri otomotif nasional Bachrul mengakui bahwa Indonesia memiliki beberapa pesaing berat dalam rangka meningkatkan ekspor otomotif ke pasar ASEAN. Satu diantaranya ialah Thailand yang telah menjadi basis teknologi pengembangan otomotif di Asia Tenggara.
“Tetapi kita lihat bahwa di mata para investor, Thailand sudah tidak bisa menampung pertumbuhan yang mereka (investor) butuhkan sehingga mereka harus mencari yang lain,” ujarnya.
Untuk itu, Bachrul berharap Indonesai bisa memanfaatkan peluang tersebut untuk memperkuat industri otomotif dalam negeri.
“Kalau Indonesia tidak cepat melihat peluang ini maka investor akan lari ke Vietnam,” ujarnya.
(dim/dim)