Bisnis Properti dan Saham Sebaiknya Dihindari Tahun Ini

Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Sabtu, 02 Jan 2016 15:56 WIB
Bank-bank yang banyak menyalurkan kredit ke sektor properti, khususnya yang nilainya besar akan cenderung mengalami kesulitan menurut ahli Fengshui.
Bank-bank yang banyak menyalurkan kredit ke sektor properti, khususnya yang nilainya besar akan cenderung mengalami kesulitan menurut ahli Fengshui. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono).
Jakarta, CNN Indonesia -- Perlambatan ekonomi yang diperkirakan berlanjut tahun ini masih akan menekan daya beli masyarakat yang menyebabkan nilai non performing loan (NPL) atau kredit macet semakin melonjak. Untuk itu, Ahli Fengshui Budiyono Tantrayoga menyebut properti sebagai salah satu bisnis yang harus dihindari sepanjang tahun monyet api.

“Bisnis properti akan menghadapi banyak kendala. Bahkan bank yang banyak menyalurkan kredit ke sektor properti, khususnya yang nilainya besar, akan cenderung mengalami kesulitan. Kelihatannya tahun ini masalah kredit macet menjadi cukup serius di dunia properti,” kata Budiyono saat ditemui CNNIndonesia.com di kediamannya, Jakarta, Kamis (31/12).

Sampai kuartal III 2015, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat terjadinya penurunan laba bersih perbankan nasional sebesar 8,4 persen menjadi Rp78,2 triliun dibandingkan periode yang sama pada 2014 yang masih menciptakan laba Rp85,37 triliun.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penurunan laba bersih tersebut terjadi pada seluruh kelompok bank, karena meningkatnya biaya pencadangan akibat jumlah kredit macet atau kredit bermasalah bertambah. Jika sampai akhir 2014 jumlah NPL mencapai Rp79,39 triliun, sampai September 2015 saja nilai NPL sudah tembus Rp107,25 triliun. Rasio NPL pun meningkat dari 2,16 persen pada Desember 2014 menjadi 2,7 persen pada September 2015.

Penurunan kualitas kredit tersebut membuat bank-bank umum harus menambah biaya pencadangan penurunan kualitas kredit sebesar Rp142 triliun per September 2015, naik lebih dari dua kali lipat dari biaya pencadangan pada Desember 2014 yang sebesar Rp68 triliun.

Spekulasi Pasar Modal

Selain bisnis properti, pria yang kerap disapa Suhu Tan tersebut juga meyakini kegiatan berburu rente dari jual-beli saham dan valuta asing (valas) hanya akan membuat pelakunya merugi tahun ini. Pasalnya, banyak elemen tidak terduga atau sulit diprediksi di 2016 ini.

“Semua bisnis yang sifatnya spekulasi, termasuk main valas, main forex yang pemainnya adalah spekulan sangat riskan,” ujarnya.

Tidak hanya itu, ia mengingatkan para petani dan pengusaha sektor pertanian untuk mewaspadai potensi gagal panen besar-besaran yang akan terjadi tahun ini akibat unsur api yang terkandung di 2016.

“Daerah-daerah yang beratribut “tengah” seperti Jawa Tengah akan mengalami gagal panen. Sebaliknya Indonesia bagian Barat akan mengalami panen raya. Indonesia Timur juga tidak terlalu menggembirakan di dunia pertanian karena api besarnya ada di sana. Kalau api besar cenderung tanah tandus, tanah kering,” ujarnya.

Restoran dan Hiburan

Sementara dua bisnis yang disebut Suhu Tan akan cemerlang kinerjanya tahun ini adalah restoran dan hiburan. Ia memperkirakan, pada 2016 ini akan semakin banyak orang yang membutuhkan hiburan akibat tekanan hidup yang bertambah berat di mana sebagian diantaranya akan melarikannya ke makanan.

“Makanya tahun ini profesi trainer atau motivator cenderung menurun lagi, kurang dapat minat masyarakat yang lebih memilih langsung ke tempat hiburan atau makan,” jelas Suhu Tan. (gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER