Jakarta, CNN Indonesia -- PT Penilai Harga Efek Indonesia menyatakan, kendati pertumbuhan ekonomi melambat dan kinerja pasar saham longsor, nyatanya perdagangan surat utang atau obligasi menggeliat pada 2015.
Head of Legal and Corporate Communication PT Penilai Harga Efek Indonesia, Nia Isnaini menyatakan rata-rata volume perdagangan obligasi pemerintah di tahun 2015 mengalami peningkatan sebesar 21,5 persen dari tahun sebelumnya menjadi Rp12,4 triliun per hari dari sebelumnya sebesar Rp10,2 triliun per hari di tahun 2014.
“Peningkatan juga ditunjukkan dari rata-rata total frekuensi harian yang naik menjadi 643 kali per hari di tahun 2015 dari 576 kali per hari pada tahun 2014,” jelasnya dalam keterangan resmi yang diterima
CNN Indonesia, dikutip Minggu (3/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut, ia mencatat rata-rata volume perdagangan obligasi korporasi turut menunjukkan peningkatan di tahun 2015 yakni sebesar 11,5 persen dari tahun sebelumnya dari sebelumnya Rp676,1 miliar per hari menjadi Rp754,0 miliar per hari.
“Sementara rata-rata frekuensi harian menunjukkan peningkatan dari 88 kali per hari pada tahun 2014 menjadi 90 kali per hari di tahun 2015,” ujarnya.
Ia mengungkapkan, seri FR0068 menjadi obligasi yang paling aktif diperdagangkan pada tahun 2015 dengan total frekuensi sebanyak 22.121 kali transaksi dan total volume sebesar Rp372,5 triliun.
“Obligasi dengan total volume transaksi terbesar dipegang oleh FR0070 dengan nominal mencapai Rp594,4 triliun,” jelasnya
Untuk obligasi korporasi, total volume terbesar diraih oleh Obligasi Berkelanjutan Indonesia Eximbank I Tahap III Tahun 2013 Seri B (BEXI01BCN3) yakni sebesar Rp5,3 triliun.
"Obligasi I Express Transindo Utama Tahun 2014 (TAXI01) menjadi obligasi korporasi teraktif diperdagangkan dengan total frekuensi sebanyak 419 transaksi dan total volume Rp1,1 triliun," jelasnya.
Dari sisi perolehan, obligasi pemerintah yang memberikan total return tertinggi di tahun 2015 dicatatkan oleh seri ORI012 yakni sebesar 9,2 persen. ORI012 juga masuk kedalam 5 seri teraktif ditransaksikan sepanjang tahun 2015 dengan total frekuensi sebanyak 11.339 kali.
“Di akhir tahun 2015,
fair priced untuk ORI012 berada di level 100,23,” katanya.
Adapun obligasi korporasi yang memberikan total return tertinggi di akhir tahun 2015 dicatatkan oleh seri GWSA01CN1 (Obligasi Berkelanjutan I Greenwood Sejahtera Tahap I Tahun 2014) yakni sebesar 15,3 persen.
“
Fair priced untuk seri GWSA01CN1 di akhir tahun 2015 berada di level 100,99,” imbuh Nia.
Seperti diketahui, kendati pasar saham ditutup terpuruk pada tahun ini, kinerja perdagangan surat utang atau obligasi mampu tercatat positif. Namun, pertumbuhan positif sepanjang 2015 tersebut tidak setinggi kinerja 2014.
Sepanjang tahun ini Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpuruk 12,13 persen. Hal tersebut berbeda dengan capaian pasar obligasi dalam negeri. Indonesia Composite Bond Index (ICBI) yang menggambarkan kinerja pasar obligasi Indonesia di tahun 2015 bergerak positif, kendati tidak setinggi tahun sebelumnya.
“ICBI pada tahun 2015 mencatatkan
positive return tahun berjalan sebesar 4,2 persen sepanjang tahun dari level 175,89 menjadi 183,27. Meski masih positif, angka tersebut jauh lebih rendah dibanding
positive return tahun berjalan di tahun 2014 yang sebesar 12,6 persen sepanjang tahun,” ujar Nia.