Pasar Saham Amblas, Kinerja Obligasi Positif Meski Melambat

Giras Pasopati | CNN Indonesia
Minggu, 03 Jan 2016 13:21 WIB
Indonesia Composite Bond Index tercatat menguat 4,2 persen sepanjang 2014, berbanding terbalik dengan Indeks Harga Saham Gabungan yang amblas 12,13 persen.
Refleksi karyawan melintas di layar elektronik Indeks Harga Saham Gabungan, Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu, 18 Maret 2015. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kendati pasar saham ditutup terpuruk pada tahun ini, kinerja perdagangan surat utang atau obligasi mampu tercatat positif. Namun, pertumbuhan positif sepanjang 2015 tersebut tidak setinggi kinerja 2014.

Seperti diketahui, sepanjang tahun ini Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpuruk 12,13 persen. Hal tersebut berbeda dengan capaian pasar obligasi dalam negeri.

Head of Legal and Corporate Communication PT Penilai Harga Efek Indonesia, Nia Isnaini menyatakan Indonesia Composite Bond Index (ICBI) yang menggambarkan kinerja pasar obligasi Indonesia di tahun 2015 bergerak positif, kendati tidak setinggi tahun sebelumnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“ICBI pada tahun 2015 mencatatkan positive return tahun berjalan sebesar 4,2 persen sepanjang tahun dari level 175,89 menjadi 183,27. Meski masih positif, angka tersebut jauh lebih rendah dibanding positive return tahun berjalan di tahun 2014 yang sebesar 12,6 persen sepanjang tahun,” ujarnya dalam keterangan resmi yang diperoleh CNN Indonesia, dikutip Minggu (3/1).

Secara spesifik, menurutnya di tahun 2015 kinerja obligasi korporasi yang tercermin dari INDOBeXC-Total Return mencatatkan kinerja terbaik dengan positive return tahun berjalan sebesar 9,9 persen sepanjang tahun dari level 178,86 ke level 196,48.

“Sedangkan kinerja obligasi pemerintah atau INDOBeXG-Total Return menghasilkan positive return tahun berjalan sebesar 3,3 persen sepanjang tahun dari 174,61 menjadi 180,38,” katanya.

Ia menambahkan, kurva imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia pada akhir tahun 2015 mencatatkan pergerakan lesu (bearish) dengan rentang kenaikan yield terjadi pada rentang 62,7 bps sampai dengan 114,8 bps pada tenor 1-30 tahun.

Bearish terbesar terjadi pada tenor pendek (1-4tahun) dengan rata-rata yield naik 114,0 bps. Sedangkan tenor menengah (5-7 tahun) dan tenor panjang (8-30 tahun) masing-masing mencatatkan kenaikan rata-rata yield sebesar 108,6 bps dan 75,9bps,” jelasnya.

Kinerja Yield Kelompok SUN Seri Benchmark Negatif

Nia menambahkan, rata-rata imbal hasil (yield) Surat Utang Negara (SUN) seri benchmark di akhir tahun 2015 tampak tertekan naik secara tahun berjalan jika dibandingkan dengan awal tahun 2015. Tertekan naiknya yield pada keempat seri benchmark mulai terjadi di bulan Juni 2015.

“Sepanjang 2015, seri dengan time to maturity (jatuh tempo) terpendek atau FR0069 mencatatkan kenaikan rata-rata yield terbesar yakni sebesar 140,8 bps dari 7,20 persen menjadi 8,60 persen. Sedangkan FR0071 mencatatkan kenaikan rata-rata yield terkecil yakni 106,6 bps dari 7,75 persen menjadi 8,81 persen,” jelasnya.

Sementara, lanjutnya, untuk dua seri lainnya yakni FR0070 dan FR0068 masingmasing mengalami kenaikan rata-rata yield sebesar 123,2 bps (dari 7,45 persen menjadi 8,69 persen) dan 106,7 bps (dari 7,88 persen menjadi 8,95 persen).

Di sisi lain, pada tahun 2015 pemerintah telah berhasil menerbitkan dana sebesar Rp502,4triliun dimana Rp349,9triliun merupakan utang baru. Jumlah penerbitan utang baru (net issuance) tersebut naik 27,5 persen dari tahun sebelumnya.

Untuk penerbitan obligasi korporasi sampai dengan akhir tahun 2015 juga mengalami peningkatan. Tercatat 117 seri baru diterbitkan dengan total nilai outstanding sebesar Rp62,8triliun atau meningkat sebesar 39,2 persen dari tahun sebelumnya. (gir)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER