Jakarta, CNN Indonesia -- Penguatan dolar Amerika berpotensi membuat harga minyak anjlok ke level US$20 per barel dari posisi saat ini US$31,34 per barel. Morgan Stanley melaporkan, setiap kali dolar menguat 5 persen terjadi tekanan terhadap harga minyak 10-25 persen yang setara dengan penurunan harga sampai US$8 per barel.
Harga acuan minyak West Texas Intermediate (WTI) pada Selasa (12/1) dini hari merosot ke level US$31,34 per barel. Angka itu turun US$7 sen dari posisi harga terakhir WTI dan hampir 19 persen lebih rendah dibandingkan posisi awal tahun.
Laporan yang dibuat analis Morgan Stanley mengaitkan kemerosotan harga minyak dengan melambatnya permintaan di tengah kegiatan produksi yang tetap tinggi. Mengutip kajian Badan Energi Internasional, dunia diyakini akan tetap mengalami kelebihan pasokan minyak sepanjang 2016 yang membuat harga minyak tidak akan terkerek naik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu jika dolar terus menguat berbarengan dengan isu perbaikan ekonomi Amerika dan wacana penaikan suku bunga bank sentral The Federal Reserves, maka kondisi itu bisa menekan harga minyak lebih dalam.
"Mengingat apresiasi dolar Amerika terus meningkat, skenario harga minyak yang berada di kisaran US$20-US$25 mungkin hanya karena mata uang," bunyi laporan Morgan Stanley, seperti dikutip CNN Money, Selasa (12/1).
Laporan tersebut menjelaskan, akibat dolar yang terus menguat menjadikan biaya pembelian minyak menjadi lebih mahal untuk pembeli yang membayar dengan mata uang selain dolar. Kondisi tersebut diyakini memberi pengaruh besar terhadap permintaan dan harga.
Di sisi lain, devaluasi yuan milik China sebesar 6 persen sejak Agustus 2015 hanya memperburuk harga minyak. Langkah Bank Rakyat China untuk mendevaluasi yuan lebih jauh bisa menambah tekanan pada harga minyak, karena China adalah pengimpor minyak terbesar dunia.
(gen)