IMF Kembali Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global

Elisa Valenta Sari | CNN Indonesia
Rabu, 20 Jan 2016 09:54 WIB
IMF meproyeksikan pertumbuhan ekonomi dunia hanya akan mencapai 3,4 persen pada 2016 dan 3,6 persen di 2017.
Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Christine Lagarde (kiri) saat menghadiri konferensi internasional bertajuk Future of Asia's Finance: Financing For Development 2015 di Jakarta, Rabu, 2 Sepetember 2015. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia --
International Monetary Fund (IMF) kembali memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia untuk yang ketiga kalinya dalam kurun waktu kurang dari setahun.

IMF meproyeksikan pertumbuhan ekonomi dunia hanya akan mencapai 3,4 persen pada 2016 dan 3,6 persen di 2017.

Proyeksi tersebut turun 0,2 persen dari proyeksi yang pernah diumumkan dalam laporan IMF terakhir yakni di  bulan Oktober 2015 lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam laporan World Economic Outlook terbaru, IMF menyebut perlambatan tajam ekonomi China dan lemahnya harga komoditas telah menempa negara-negara berkembang (emerging markets) seperti Brasil yang diperkirakan minus 3,5 persen tahun ini, dan 0 persen pada 2017.

Sedangkan untuk realisasi pertumbuhan ekonomi China yang hanya mencapai 6,9 persen pada tahun lalu, telah menimbulkan guncangan di pasar keuangan dunia. Pertumbuhan China pun diproyeksikan turun menjadi 6,3 persen di 2016 dan 6 persen di 2017.

"Kami tidak melihat perubahan fundamental yang besar di China dibandingkan dengan apa yang kita lihat enam bulan yang lalu, namun pasar tentu sangat ketakutan oleh peristiwa kecil di sana yang memang sulit ditafsirkan," kata konselor ekonomi IMF Maurice Obstfeld dilansir dari Reuters, Rabu (20/1).

Berangkat dari hal ini Maurice menyatakan bahwa pasar keuangan global akan bereaksi berlebihan terhadap penurunan harga minyak dan risiko penurunan tajam di China.

"Harga minyak saat ini memberi tekanan pada eksportir minyak, tapi ada hikmahnya bagi konsumen di seluruh dunia, sehingga itu bukan selamanya negatif," ujarnya.

Masih mengacu pada laporan lembaga moneter dunia tersebut, pergolakan pasar yang terjadi belakangan ini juga akan mendorong depresiasi mata uang di pasar negara berkembang.

Risiko lainnya yang juga harus dihadapi adalah apresiasi mata uang dolar lebih lanjut dan eskalasi ketegangan geopolitik.

Di mana Bank investasi AS Morgan Stanley mengatakan skenario terburuk yang mungkin terjadi adalah adanya  kemungkinan resesi global tahun ini akan meningkat 20 persen.

Selanjutnya, IMF pun memprediksi hanya ada beberapa negara yang mengalami pertumbuhan ekonomi yakni Amerika Serikat dan sejumlah negara Eropa seperti Inggris.

IMF menyebut pertumbuhan ekonomi AS dibantu oleh penguatan nilai mata uang dolar mampu mendorong pertumbuhan ekonomi AS sebesar 2,6 persen di tahun 2016 dan 2017 prediksi ini turun 0,2 persen dari proyekzi bulan Oktober 2015 lalu.

Di Eropa, harga minyak yang lebih rendah akan membantu meningkatkan konsumsi swasta, sehingga IMF memprediksi pertumbuhan ekonominya meningkat menjadi 1,7 persen tahun ini.
(dim/dim)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER