Masih Butuh Waktu Lama Bagi UKM dapat Melantai di Bursa

CNN Indonesia
Sabtu, 30 Jan 2016 12:12 WIB
OJK tengah mempersiapkan papan perdagangan khusus untuk UKM yang ingin melantai di bursa efek Indonesia.
OJK tengah mempersiapkan papan perdagangan khusus untuk UKM yang ingin melantai di bursa efek Indonesia. (ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma)
Jakarta, CNN Indonesia -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) masih memerlukan waktu untuk menyiapkan aturan yang dapat memfasilitasi usaha kecil menengah (UKM) melakukan penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) di papan perdagangan baru.

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Nurhaida mengatakan masih mencari jalan keluar untuk memberikan alternatif pendanaan bagi UKM dengan cara melantai di bursa saham.

“Pendanaan bagi UKM pasti ada jalan keluarnya. Kalau UKM langsung masuk ke pasar modal, tentu mereka akan berat, karena syarat tentang adanya penjamin emisi,” ujarnya di Jakarta, Jumat (29/1).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Adapun yang dimaksud berat adalah bahwa penjamin emisi mensyaratkan biaya yang tidak sedikit untuk menggelar IPO. Hal itu, dinilai Nurhaida bisa mengurangi minat UKM untuk mencatatkan sahamnya.

“Syarat minimum mereka masuk masih kita lihat dari kondisi UKM saat ini. Karena di sisi lain ada potensi berkembang,” katanya.

Nurhaida menjelaskan, wadah pencatatan saham UKM sendiri juga masih menjadi kajian OJK saat ini. Pasalnya, dengan nilai aset dan kapitalisasi yang kecil, maka diperlukan papan pencatatan saham khusus agar bisa berkembang maksimal.

“Di bursa, kami akan membuat papan khusus untuk UKM. Tapi proses ini butuh waktu dari sistem, dan dari pihak-pihak market maker terhadap perdagangan UKM di secondary market (pasar sekunder),” ucapnya.

Alasannya, Nurhaida menilai UKM terbilang ‘kecil’ untuk masuk ke papan pencatatan reguler atau papan pengembangan. Ia pun sedang mengkaji mekanisme lain agar proses masuknya UKM ke bursa saham bisa lebih mulus.

“Bayangan kami UKM start up coba masuk daftar, kemudian ada angle investor membantu mereka persiapkan diri masuk ke pasar modal,” katanya.

Atas dasar hal tersebut, Nurhaida mengaku masih menggodok skema perdagangan dalam papan pencatatan saham UKM tersebut. Ia mengaku hal itu sudah masuk dalam program OJK tahun ini.

“Intinya itu masuk upaya. Paling tidak program OJK 2016. Kalau perdagangan tidak liquid, tidak menarik. Kami harus persiapkan selengkap mungkin, siapa yang bantu, bagaimana pasar sekundernya. Kalau di papan tidak ada perdagangan, kan sayang,” ungkapnya.

Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mempersiapkan alternatif pendanaan bagi UKM maupun perusahaan rintisan melalui pasar modal dengan membentuk divisi khusus.

“Kami sekarang sudah memiliki satu divisi khusus di Direktorat Penilaian yang khusus untuk memfokuskan perusahaan-perusahaan tadi, seperti UKM, start up company, industri kreatif untuk memungkinkan mereka masuk ke bursa,” tutur Direktur Pengembangan BEI Nicky Hogan belum lama ini.

Nicky mengungkapkan perdagangan saham UKM nantinya menggunakan mekanisme dealer driven market di mana ada pihak pembentuk pasar (market maker) di pasar sekunder. Hal itu berbeda dengan transaksi yang terjadi di bursa saham yang mekanismenya terjadi setelah ada perintah jual atau beli (order driven).

Sementara itu, World Federation of Exchanges (WFE) atau Federasi Bursa Saham Dunia menyatakan pembiayaan Usaha Kecil Menengah (UKM) masih menjadi salah satu fokus utama dalam program kerjanya demi menghadapi fluktuasi pasar saham dalam pelemahan ekonomi dunia.

"UKM adalah pipeline, karena semua perusahaan besar berasal juga dari masa-masa tersebut. Saya tidak bisa memberikan angka terkait potensi, tetapi saya kira semua UKM ingin menjadi perusahaan besar. Saya kira sangat penting bagi pasar modal untuk bisa mendukung pembiayaan UKM," kata Kepala Riset WFE Shioban Cleary.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER