Dolar AS Loyo, Rupiah Mulai Menjauhi Level Rp13.500

Giras Pasopati | CNN Indonesia
Rabu, 10 Feb 2016 13:11 WIB
Pada pukul 12.00 WIB, dolar AS tercatat melemah sebesar 1,28 persen melawan rupiah ke level Rp13.430 per dolar AS.
Warga membawa pecahan uang baru usai menukar uang rusak di Bank Indonesia, Selasa, 26 Januari 2016. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pengamat menilai pelemahan nilai tukar dolar AS terhadap beberapa mata uang utama dan rupiah bakal berlangsung dalam jangka pendek karena pelaku pasar masih menantikan testimoni Ketua Federal Reserve, Janet Yellen nanti malam. Hingga kini, rupiah mulai menjauhi level Rp13.500 per dolar AS.

Berdasarkan data perdagangan valuta asing, pada pukul 12.00 WIB dolar AS tercatat melemah sebesar 1,28 persen melawan rupiah ke level Rp13.430 per dolar AS. Padahal, kemarin mata uang Negeri Paman Sam itu masih sempat bertengger di level Rp13.605 per dolar AS.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan saat ini pergerakan dolar AS tengah melemah akibat berbagai hal. Salah satu yang utama, lanjutnya, adalah terkait rencana kesaksian Janet Yellen tentang kondisi ekonomi AS yang manjadi landasan penaikan suku bunga (Fed Fund Rate).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Dolarnya yang melemah. Hal ini karena ketidakjelasan The Fed menaikkan suku bunga,” ujarnya saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (10/2).

Selain itu, ia menyatakan terdapat beberapa faktor lagi seperti pelemahan harga minyak dan kecemasan global terhadap aset berisiko yang menyebabkan investor mengalihkan dana ke safe haven alternatif, salah satunya mata uang yen.

“Faktor harga minyak memang ada, tapi tidak signifikan. Kemarin ada kecemasan global, jadi semua mengincar safe haven kecuali dolar AS,” jelasnya.

Menurutnya, dolar AS tidak menjadi safe haven pilihan investor karena data ekonomi yang bervariatif. Hal itu juga yang membuat pelaku pasar masih meraba apa yang akan dilakukan The Fed nantinya.

“Data NFP (Non Farm Payrolls) AS di bawah ekspektasi. Tetapi data tingkat pengangguran turun dan data tingkat gaji naik, jadi mixed. Perkiraan pasar tahun ini cuma dua kali penaikan Fed rate,” jelasnya.

Sementara itu, Ariston menilai data ekonomi Indonesia saat ini positif dan mendukung penguatan rupiah lanjutan. Pasalnya, data pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat berada di atas ekspektasi pasar, kendati tak mencapai target pemerintah.

“Sekarang rupiah sudah melewati support di level 13.500 bisa ke angka 13.230. Kira-kira bisa dicapai dalam jangka pendek 1-2 minggu ini. Kemarin itu kan kita didorong data PDB yang diatas ekspektasi pasar dan inflasi yang terkendali, membuat adanya perkiraan BI rate turun lagi pada April,” ujar Ariston.

Seperti diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada kuartal IV 2015 mencapai 5,04 persen. Capaian tersebut berada di atas ekspektasi konsensus ekonom di angka 4,8 persen.

Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta menyatakan dollar index melanjutkan penurunannya menjelang kesaksian Yellen Rabu malam di depan kongres AS mengenai keputusan kenaikan Fed Fund Rate.

“Di sisi lain euro dan yen terus melanjutkan penguatannya. Penguatan yen diikuti oleh masuknya imbal hasil Japanese Government Bond tenor 10 tahun ke wilayah negatif untuk pertama kalinya sehingga mendorong pelemahan indeks saham Nikkei 225 hingga Selasa sore,” ujarnya dalam riset pagi. (gir)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER