China Lebih Banyak Investasi ke Malaysia Ketimbang Indonesia

Gentur Putro Jati | CNN Indonesia
Kamis, 11 Feb 2016 12:24 WIB
China Going Global Investment Index menempatkan Indonesia di urutan 44 sebagai negara tujuan utama investasi perusahaan negara pimpinan Xi Jinping tersebut.
China Going Global Investment Index menempatkan Indonesia di urutan 44 sebagai negara tujuan utama investasi perusahaan negara pimpinan Xi Jinping tersebut. (REUTERS/Adi Weda).
Jakarta, CNN Indonesia -- China Going Global Investment Index (CGGII) 2015 menempatkan Indonesia di urutan ke-44 dari 67 negara penerima investasi langsung dari negara pimpinan Xi Jinping. Peringkat tersebut tidak beranjak dibandingkan 2014 lalu, yang bahkan lebih rendah dibandingkan Malaysia di peringkat ke-20 meski negara satu rumpun tersebut melorot 5 peringkat posisinya dibandingkan 2014.

Berdasarkan indeks tersebut, lima negara teratas yang menyerap paling banyak uang dari China adalah Amerika, Singapura, Australia, Kanada, dan Swiss. Sementara dua negara yang dijauhi pengusaha China untuk berinvestasi adalah Angola dan Libya yang menempati urutan buncit.

Ekonom Universitas Indonesia (UI) Faisal Basri berpendapat data CGGII tersebut menunjukkan, kehebohan pemberitaan di media massa yang seolah menunjukkan investasi China di Indonesia sangat masif tidaklah terbukti.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Ditambah kontroversi proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung yang merupakan proyek bersama konsorsium Badan Usaha Milik Negara (BUMN) China dan Indonesia, serta investasi di proyek pembangkit listrik tidak sebesar yang diperoleh negara lain,” ujar Faisal, dikutip Kamis (11/2).

Faisal menyayangkan kondisi tersebut, sebab menurutnya China merupakan negara penanam modal terbesar ketiga di dunia yang telah melakukan ekspansi sejak 2005 lalu.

“Rata-rata investasi langsung ke luar negeri mereka tumbuh rata-rata 35 persen per tahun, dengan nilai mencapai US$123 miliar sepanjang 2014,” ujarnya.

Merujuk data CGGII, Faisal menyimpulkan negara tirai bambu selama ini lebih banyak fokus menanamkan modal di negara maju.

Namun ia menyayangkan mengapa jika dibandingkan dengan negara-negara Asean lainnya, Indonesia tidak mampu menjadi negara yang paling menarik bagi investor China.

“Di antara negara ASEAN pun peringkat Indonesia tercecer. Singapura di peringkat 2, menjadi yang paling atraktif bagi investor China. Disusul Malaysia ke-20, Thailand ke-38, Filipina ke-39, dan bahkan Vietnam ke-40,” kata Faisal.

Andalkan Kereta Cepat

Sebelumnya Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani mengungkapkan kereta cepat Jakarta-Bandung berpotensi menjadi investasi langsung dari China yang paling besar jika proyeknya dapat berjalan lancar.

"Kereta cepat adalah salah satu kontributor realisasi investasi terbesar di tahun ini. Kami harapkan hasil realisasinya bisa terlihat pada triwulan mendatang," jelas Franky, Januari lalu.

Di samping itu, Franky juga berharap realisasi investasi China dapat lebih besar lagi jika rencana investasi lain seperti produksi gerbong kereta api segera dijalankan. Tak hanya itu, lanjutnya, investasi sektor pendukung seperti pembuatan sarana perkeretaapian (rolling stock), perakitan, serta besi dan baja untuk bahan baku gerbong juga diharapkan ikut meningkat karena adanya proyek kereta cepat ini.

Sebagai informasi, proyek kereta cepat Jakarta-Bandung memiliki nilai investasi US$5,5 miliar yang dikerjakan oleh konsorsium antara China Railway International Co. Ltd dengan gabungan empat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang tergabung dalam PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI). Proyek ini direncanakan beroperasi mulai 2019.

Menurut data BKPM, pertumbuhan realisasi investasi Penanaman Modal Asing (PMA) asal China, termasuk Hongkong, di tahun 2015 meningkat 7,58 persen. Tercatat, realisasi investasi asal China pada tahun lalu tercatat sebesar US$ 1,56 miliar dari capaian sebelumnya US$ 1,45 miliar.

Selain itu, minat investasi asal negara tirai bambu itu tercatat sebesar US$ 22,2 miliar pada periode yang sama. Angka itu mengambil porsi 22,97 persen dari seluruh minat PMA yang masuk sebesar US$ 96,64 miliar.

Kendati demikian, China dikenal sebagai negara yang memiliki rasio realisasi investasi terendah dibandingkan negara Asia lainnya. Sepanjang 2005 hingga 2014, rasio realisasi investasi asal China tercatat hanya tujuh persen, dengan realisasi investasi sebesar US$ 1,80 miliar dari minat investasi senilai US$ 24,27 miliar.

Hal ini berbeda dengan negara Asia lain seperti Jepang dan Korea Selatan dengan rasio realisasi investasi masing-masing sebesar 62 persen dan 65 persen pada periode yang sama. (gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER