Jakarta, CNN Indonesia -- Pengamat memperkirakan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal IV 2015 bakal mengalami surplus karena didorong oleh investasi portofolio yang ditopang adanya perbaikan fundamental ekonomi dalam negeri.
“Kami ekspektasikan neraca pembayaran untuk periode kuartal IV 2015, dengan memperhitungkan
net error dan
omission, akan mencapai US$3,5 miliar,” ujar Ekonom Mandiri Sekuritas Leo Rinaldy dalam riset, Kamis (11/2).
Lebih lanjut, ia mengatakan neraca perdagangan diekspektasikan mencapai US$5,2 miliar di kuartal IV 2015 (-2,4 persen terhadap GDP) dari kuartal sebelumnya US$4,0 miliar (-1,9 persen terhadap GDP) dikarenakan menurunnya surplus perdagangan ke angka US$369 juta dari US$2,7 miliar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menambahkan, sejalan dengan membaiknya fundamental ekonomi dalam negeri, pihaknya memperkirakan surplus
financial account akan mengalami kenaikan ke angka US$8,6 miliar di kuartal IV 2015 dari sebelumnya US$1,2 miliar di triwulan III 2015 yang didorong oleh investasi portofolio.
“Bank Sentral diperkirakan akan merelaksasi kebijakan moneter apabila neraca pembayaran membaik sesuai dengan ekspektasi kami,” katanya.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Tirta Segara mengatakan kinerja neraca pembayaran pada triwulan IV 2015 diperkirakan membaik, terutama didukung oleh surplus Transaksi Modal dan Finansial.
“Kinerja transaksi modal dan finansial (TMF) mencatat surplus yang meningkat, terutama ditopang oleh peningkatan investasi portofolio pada obligasi Pemerintah, termasuk penerbitan Global Bond, dan investasi lainnya,” ujarnya.
Peningkatan tersebut, lanjutnya, menunjukkan keyakinan terhadap prospek perekonomian Indonesia semakin baik dan berkurangnya ketidakpastian di pasar keuangan global.
“Sementara itu, defisit transaksi berjalan sepanjang tahun 2015 diperkirakan membaik dari 3,1 persen menjadi sekitar 2 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB),” katanya.
Adapun cadangan devisa pada akhir Desember 2015 tercatat sebesar 105,9 miliar dolar AS, atau setara dengan 7,7 bulan impor atau 7,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
(gir)