Tahun Lalu, Neraca Pembayaran Indonesia Anjlok US$16,3 Miliar

Elisa Valenta Sari | CNN Indonesia
Jumat, 12 Feb 2016 17:39 WIB
Naiknya defisit transaksi berjalan akibat impor nonmigas yang tumbuh sementara ekspor nonmigas anjlok akibat permintaan global yang masih lemah.
Naiknya defisit transaksi berjalan akibat impor nonmigas yang tumbuh sementara ekspor nonmigas anjlok akibat permintaan global yang masih lemah. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan).
Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) merilis Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) tahun 2015. Tercatat selama tahun 2015 NPI defisit menjadi US$1,1 miliar, anjlok US$16,3 miliar jika dibandingkan posisi NPI 2014 yang masih surplus US$15,2 miliar.

Sepanjang 2015, NPI hanya berhasil mencetak surplus selama dua kartal yakni pada kuartal I dan IV dengan nilai surplus masing-masing US$1,3 miliar dan US$5,1 miliar.

Defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) selama 2015 juga tercatat sebesar US$17,76 miliar atau 2,06 persen dari Produk Dometik Bruto (PDB). Defisit tersebut menurun jika dibandingkan defisit 2014 yang mencapai US$27,49 miliar atau 3,09 persen dari PDB.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

BI menyebut kenaikan defisit transaksi berjalan tersebut akibat impor nonmigas yang tumbuh sementara ekspor nonmigas anjlok akibat dipengaruhi oleh permintaan global yang masih lemah dan terus menurunnya harga komoditas.

“Di sisi lain, defisit neraca perdagangan migas menyusut seiring turunnya volume impor minyak dan harga minyak mentah dunia,” ujar Direktur Komunikasi BI Arbonas Hutabarat dalam rilisnya, Jumat (12/2).

Secara keseluruhan tahun, menurut BI, NPI 2015 mengalami tekanan di tengah dinamika perkembangan ekonomi global dan domestik.

Tekanan terhadap kinerja NPI tersebut bersumber dari penurunan surplus transaksi modal dan finansial yang tidak dapat sepenuhnya membiayai defisit transaksi berjalan.

“Perbaikan tersebut disebabkan penurunan impor yang lebih besar dibandingkan dengan penurunan ekspornya, serta perbaikan kinerja neraca jasa dan neraca pendapatan,” ujarnya.

BI meyakini kinerja NPI akan semakin baik didukung bauran kebijakan moneter dan makroprudensial, serta penguatan koordinasi kebijakan dengan Pemerintah, khususnya dalam mendorong percepatan reformasi struktural.

“Ke depan, BI akan terus mewaspadai perkembangan global, khususnya risiko terkait perlambatan ekonomi Tiongkok dan terus menurunnya harga komoditas, yang dapat memengaruhi kinerja neraca pembayaran secara keseluruhan,” jelasnya. (gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER