Kebijakan Pemerintah Menahan Harga BBM Rugikan Rakyat

Gentur Putro Jati | CNN Indonesia
Jumat, 19 Feb 2016 12:26 WIB
Sementara PT Pertamina (Persero) dinilai mengantongi keuntungan besar akibat pemerintah tak juga menurunkan harga BBM saat harga minyak sedang rendah.
PT Pertamina (Persero) dinilai mengantongi keuntungan besar akibat pemerintah tak juga menurunkan harga BBM saat harga minyak sedang rendah. (ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra).
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pertamina (Persero) menikmati untung besar dari penjualan ritel bahan bakar minyak (BBM) yang harganya tak juga diturunkan pemerintah ketika harga minyak dunia anjlok hingga US$30 per barel.

Bukan hanya untung dari selisih harga keekonomian dan harga jual BBM penugasan dan bersubsidi yang besar, perusahaan minyak dan gas bumi (migas) pelat merah tersebut juga untung dari penjualan BBM non subsidi yang hanya diturunkan harganya beberapa ratus rupiah saja.

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati menilai, tidak tepat jika pemerintah tidak menurunkan harga BBM demi mengompensasi kerugian sektor hulu yang dialami Pertamina.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Rugi di hulu itu kan urusan Pertamina, dengan menahan harga jelas Pertamina meraup banyak keuntungan dari masyarakat," tegas Enny, Jumat (19/2).
 
Enny menghitung keuntungan Pertamina saat harga minyak turun, sementara harga BBM bersubsidi seperti solar dan minyak tanah serta BBM penugasan yaitu premium tidak cepat diturunkan sangat besar.

“Apakah keuntungan itu juga dirasakan rakyat? Rakyat malah jadinya yang mensubsidi Pertamina," tandas Enny.

Ia menuturkan, dengan harga BBM terhitung mulai 6 Januari 2016 sebesar Rp 7.150 per liter, maka keuntungan Pertamina dari berjualan premium bisa mencapai sekitar Rp30 triliun per bulan.

Hitungannya, dengan asumsi satu barel minyak mentah sebesar US$33, maka dengan kurs rupiah terhadap dolar sekitar Rp13.500 maka harga minyak per barel adalah Rp445.500. Apabila satu barel setara dengan 160 liter minyak, maka harga beli minyak mentah per liternya hanya Rp2.785.

Sementara Untuk memproduksi minyak mentah menjadi BBM, rata-rata biaya produksinya sebesar 20 persen. Dengan angka tersebut, maka harga BBM per liter yang siap jual kira-kira sebesar Rp 3.342 per liternya. Dengan harga jual BBM sebesar Rp7.150 per liter dan biaya produksi hanya Rp3.340 per liter, Pertamina bisa meraup untung hingga Rp 3.810 per liter di luar ongkos distribusi.

Kemudian jika jumlah konsumsi BBM nasional sebanyak 1,6 juta barel yang setara dengan 256 juta liter per hari, berarti keuntungan yang diraih dari penjualan BBM mencapai sekitar Rp976 miliar per hari atau Rp30 triliun per bulan.

Selama ini menurut Enny, ketika Pertamina untung tidak banyak investasi yang dilakukan seperti misalnya membangun kilang baru. Padahal dalam jangka panjang, hadirnya kilang baru akan membuat sektor energi lebih efisien tidak perlu mengimpor BBM secara utuh dan mungkin hanya perlu impor minyak mentah untuk diolah.

“Sayangnya ketika rugi, baru Pertamina bicara ke publik. Kalau membangun kilang, kan keuntungan itu juga kembali ke rakyat, selama ini tidak," tandasnya.

Enny menuntut manajemen Pertamina dan juga pemerintah sebagai pemegang saham tunggal perseroan meningkatkan transparansi keuangan. Jika biaya energi tetap dibiarkan tinggi, Enny khawatir para investor akan lebih melihat negara yang mampu mengelola struktur energi lebih efisien dan murah.

“Jika biaya energi tetap tinggi, maka daya saing Indonesia akan selalu kalah dan hanya jadi objek pasar MEA,” katanya.

Pengamat Migas ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro mengatakan, dengan harga minyak saat ini harusnya harga BBM jauh lebih rendah lagi. Jika kebijakan menurunkan harga sudah diambil pemerintah sejak bulan ini, ia meyakini harga kebutuhan pokok sejak awal tahun pasti ikut melandai.

“Penurunan harga BBM tentu saja dapat memperkuat daya beli masyarakat mendorong ekonomi. Jika memang harga BBM dirasa harus turun, maka pemerintah bisa intervensi Pertamina," ujar Komaidi.

Ia menilai, dengan harga minyak yang anjlok, sementara harga BBM tidak banyak berubah, maka tentu saja keuntungan yang didapat Pertamina juga masih besar. Untuk itu, pemerintah harus berhitung benar dan menganalisa tidak hanya menyelamatkan Pertamina di tengah penurunan harga minyak terutama di sisi sektor hulu. (gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER