Kementerian ESDM Ngotot Proyek Regasifikasi Masela di Laut

Diemas Kresna Duta | CNN Indonesia
Selasa, 23 Feb 2016 18:38 WIB
Staf Khusus Menteri ESDm Widhyawan Prawiraatmaja menegaskan keputusan mengenai pengembangan blok Masela bakal ditentukan Presiden Joko Widodo.
Staf Khusus Menteri ESDm Widhyawan Prawiraatmaja menegaskan keputusan mengenai pengembangan blok Masela bakal ditentukan Presiden Joko Widodo. (Dok. Inpex).
Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tetap merekomendasikan pembangunan fasilitas regasifikasi gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) di laut (offshore) untuk pengembangan blok Masela di Maluku.

Hal ini ditegaskan menyusul klaim Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli yang menyatakan pemerintah telah memilih skema fasilitas regasifikasi di darat (onshore) dalam pengembangan proyek yang memiliki cadangan gas mencapai 10 triliun kaki kubik (TCF).

"Kita sesuai dengan hasil kajian dong. Kalau kajiannya kan offshore, seperti hasil kajian akhir Poten & Partners," ujar Staf Khusus Menteri ESDM Widhyawan Prawiraatmaja di Jakarta, Selasa (23/2).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski akan tetap merekomendasikan skema offshore, Widhyawan bilang keputusan mengenai pengembangan blok Masela bakal dikembalikan ke meja Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Pria yang juga komisaris PT Pertamina (Persero) ini menambahkan, saat ini Jokowi sendiri belum memutuskan ihwal skema pengembangan Blok Masela.

"Belum ada kan. Tadi ada penjelasan Johan Budi (Juru Bicara Presiden). Belum ada putusan dari Presiden," imbuh Widhyawan.

Sebelumnya, Rizal Ramli menyatakan pemerintah Indonesia akan mengembangkan lapangan abadi blok Masela dengan skenario pembangunan kilang LNG di darat karena potensi pendapatan hingga US$6,5 miliar per tahun.

Rizal Ramli mengatakan keputusan itu diambil setelah dilakukan pembahasan secara menyeluruh dan hati-hati, dengan memperhatikan masukan dari banyak pihak.

“Pertimbangannya, pemerintah sangat memperhatikan multiplier effects serta percepatan pembangunan ekonomi Maluku khususnya, dan Indonesia Timur pada umumnya,” ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (22/2).

Dalam kajiannya, Rizal memperkirakan biaya pembagunan kilang darat akan menelan biaya investasi sebesar US$16 miliar. Sedangkan jika dibangun kilang apung di laut, biayanya mencapai US$22 miliar. Dengan demikian, kilang di darat US$6 miliar lebih murah dibandingkan dengan kilang di laut.

Merespon pernyataan Rizal, Juru Bicara Presiden, Johan Budi membantah bahwa pemerintah telah menetapkan nasib pengembangan blok Masela.

"Presiden masih mengkaji seluruh aspek proyek Masela. Mengingat besaranya skala dan kompleksitas proyek gas blok Masela, keputusan harus dibuat dengan sangat berhati hati," ujar Johan Budi. (gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER