Jakarta, CNN Indonesia -- Bursa saham Wall Street kembali merosot pada Selasa (23/2) waktu Amerika Serikat akibat anjloknya kembali harga minyak mentah, yang menutup peluang pasar untuk rebound.
Indeks saham utama Amerika Serikat kemarin ditutup turun lebih dari 1 persen. Mengutip
Reuters, indeks Dow Jones industrial average turun 188,88 poin atau 1,14 persen ke level 16.431,78, sedangkan indeks S&P 500 terkoreksi 24,23 poin atau 1,25 persen menjadi 1.921,27. Lalu indeks Nasdaq Composite minus 67,02 poin atau 1,47 persen menuju 4.503,58.
Sementara harga minyak produksi AS turun US$ 1,52 per barel atau 4,6 persen ke US$ 31,87 per barel. Untuk minyak West Texas Intermediate (WTI) diperdagangkan pada harga US$31,46 per barel, turun 41 sen dari harga kemarin yang juga sempat 6 persen. Sedangkan harga minyak jenis Brent turun US$1,42 per barel atau 4 persen menjadi US$ 33,27 per barel.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kembali anjloknya harga minyak tak lepas dari kebijakan Menteri Perminyakan Arab Saudi, Ali Al-Naimi yang mengesampingkan pemangkasan produksi minyak dalam waktu dekat. Dia menegaskan pemangkasan produksi negara-negara OPEC maupun non-OPEC tidak akan terjadi.
"Karena kenyataannya banyak negara yang tidak akan berhenti berproduksi," ujar Ali dalam konferensi di Houston Texas seperti dikutip dari
Reuters.
Apabila dunia ingin kesepakatan dari Arab Saudi terkait pemangkasan produksi, Ali menegaskan harus disertai pula oleh kesepakatan negara-negara eksportir lainnya.
Sementara negara non-OPEC, Rusia akhirnya sepakat untuk menahan produksi selama bulan Januari 2016.
Saat ini, di pasar dunia diperkirakan ada kelebihan produksi minyak sebesar 1 juta-2 juta barel per hari.
American Petroleum Institute (API) mengatakan, stok minyak di AS naik 7,1 juta barel pada pekan lalu menjadi 506,2 juta barel. Peningkatan ini di atas ekspektasi para analis, yang memprediksi kenaikannya hanya 3,4 juta barel. Kondisi ini juga membuat harga jatuh.
Anjloknya harga minyak menunjukan koordinasi yang lemah antarnegara anggota OPEC terkait pemangkasan produksi minyak yang berlebihan. Akibatnya, harga minyak anjlok 70 persen sejak pertengahan 2014.
Pasar ekuitas pada tahun ini sangat terpengaruh fluktuasi harian harga minyak. Saham energi S&P (SPNY) anjlok 3,2 persen pada perdagangan kemarin.
"Pasar sangat khawatir jika kehilangan sesuatu di sini, bahwa perlambatan global mungkin lebih signifikan dibandingkan yang kita ketahui dan bahwa perlambatan itu dapat menyebabkan harga minyak turun, juga harga komoditas lain secara umum," ujar Tracie McMillion, Kepala Alokasi Aset Wells Fargo Private Bank di Winston-Salem, Carolina Utara.
Menandai memburuknya perekonomian akibat rendahnya harga minyak, JP Morgan akan menaikkan provisi pinjaman energi yang diperkirakan merugi sebesar US$500 juta.
Jumlah tersebut lebih dari 60 persen dari dana cadangan yang dimiliki oleh bank dengan aset terbesar di AS itu. Dengan strategi itu, saham JP Morgan turun 4,2 persen pada perdagangan Selasa.
Indeks saham keuangan di S&P, SPSY, merupakan indeks paling buruk kinerjanya sepanjang tahun ini. Pada perdagangan kemarin, SPSY turun 1,8 persen.
"Memberikan pasar sedikit keuntungan bukanlah hal yang mengejutkan bagi kami," tutur John Traynor, Kepala Investasi People’s United Wealth Management di Bridgeport, Connecticut.
"Kami pikir ini hanyalah upaya pasar untuk kembali. Kami sudah memberi tahu klien bahwa saat ini pasar sedang dalam proses menentukan harga terendah," lanjutnya.
Berdasarkan catatan
Thompson Reuters, sekitar 7,1 miliar saham berpindah tangan di bursa AS pad aperdagangan kemarin. Angka tersebut 9 miliar lebih rendah dibandingkan rata-rata harian selama 20 hari perdagangan terakhir.
(ags/ags)