Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan farmasi, PT Merck Tbk menargetkan efisiensi hingga mencapai 300.000 euro pada tahun ini demi mencapai target pertumbuhan penjualan di kisaran 16-18 persen per tahun.
Direktur Pabrik Merck Indonesia Arryo Aritrixso Wachjuwidajat mengatakan, fluktuasi nilai tukar rupiah membuat beban biaya produksi membengkak. Pasalnya, seperti diketahui, kebanyakan bahan baku obat-obatan masih diimpor.
“Kita semua tahu hampir 90 persen bahan baku obat-obatan di industri farmasi ini masih berasal dari impor,” katanya di kawasan pabrik perseroan, Jakarta, Rabu (24/2).
Ia pun mengaku selama rupiah melemah pada tahun lalu, manajemen pun telah melakukan berbagai cara untuk tetap mempertahankan pertumbuhan kinerja. Salah satunya, adalah dengan menaikkan harga jual.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Memang ada penaikan harga jual pada tahun lalu, tapi saya tidak hapal berapa besarannnya. Kami dari divisi produksi lebih fokus ke efisiensi,” jelasnya.
Arryo menjelaskan, banyak cara yang manajemen lakukan dalam menekan biaya produksi per tahun. Salah satunya adalah dengan program Lean Six Sigma, dan juga percepatan proses pengepakan (
packaging).
“Lean Six Sigma adalah program untuk mengurangi berbagai macam penghambat produksi dari mulai waktu, inventaris, proses, waktu tunggu, over production, dan lainnya,” jelasnya.
Ia menjelaskan, program efisiensi ditegaskan kepada seluruh karyawan dalam menghadapi gejolak ekonomi beberapa tahun ini. Hal itu, lanjutnya, bisa memangkas biaya produksi yang lumayan besar.
“Efisiensi kita courage ke seluruh karyawan. Tahun lalu bisa menekan biaya produksi hampir 350.000 euro sebelumnya 200.000-an. Tahun ini kita targetkan bisa 300.000 (setara Rp4,44 miliar) melalui
improvement dan adanya mesin baru,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia menyatakan hal itu dilakukan demi mempertahankan kinerja penjualan perseroan. Ia mengaku manajemen memiliki target pertumbuhan sesuai target industri farmasi sebesar 14-18 persen per tahun.
“Target pertumbuhan kalau industri farmasi bisa 14-18 persen per tahun. Kalau kami bisa di atas itu sudah bagus sekali,” jelasnya.
Untuk diketahui, sepanjang sembilan bulan pertama 2015 Merck mencatatkan penjualan sebesar Rp754,29 miliar, naik 17,7 persen dari capaian di periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp640,82 miliar.
Sayangnya, beban pokok penjualan melonjak 24,64 persen menjadi Rp369,03 persen, dari Rp296,06 miliar. Hal itu membuat laba bersih sepanjang sembilan bulan pertama 2015 turun 14,71 persen menjadi Rp121,5 miliar, dari Rp142,46 di periode yang sama 2014.