Jakarta, CNN Indonesia -- Produsen suku cadang kendaraan bermotor, PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) mengalami penurunan kinerja sepanjang 2015 karena jebloknya laba bersih entitas asosiasi dan ventura bersama perseroan.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan yang dikutip pada Rabu (24/2), sepanjang 2015 Astra Otoparts membukukan pendapatan bersih Rp11,72 triliun, turun 4,33 persen dari pendapatan bersih 2014 yang mencapai Rp12,25 triliun.
Adapun beban pokok pendapatan perseroan juga turun menjadi Rp9,99 triliun sepanjang 2015, dari Rp10,5 triliun pada 2014. Hal itu membuat laba kotor perseroan turun tipis menjadi Rp1,73 triliun di 2015, dari Rp1,75 triliun pada 2014.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menariknya, pemberat kinerja pertumbuhan Astra Otoparts tahun lalu adalah merosotnya bagian laba entitas asosiasi dan ventura bersama perseroan hingga 94,54 persen menjadi hanya Rp31,49 miliar dari Rp487,71 miliar. Sementara penghasilan keuangan juga turun 27,39 persen menjadi Rp79,3 miliar dari Rp109,22 miliar.
Hal itu membuat laba bersih Astra Otoparts sepanjang 2015 anjlok menjadi Rp318,57 miliar dari tahun sebelumnya Rp869,80 miliar. Adapun laba per saham dasar merosot jadi Rp66 per saham dari sebelumnya Rp180 per saham.
Selain mencatat penurunan kinerja di tahun 2015, total aset perseroan pun turun tipis diperiode tersebut menjadi Rp14,34 triliun dari total aset pada akhir tahun 2014 yang mencapai Rp13,39 triliun.
Dampak RupiahKepala Riset First Asia Capital David Sutyanto mengatakan kinerja Astra Otoparts pada tahun lalu terdampak pelemahan nilai tukar rupiah. Pasalnya beberapa bahan produk perseroan masih diimpor.
“Astra Otopats masalahnya karena manufaktur itu terkena sentimen penguatan dolar Amerika pada tahun lalu,” jelasnya saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (24/2).
Sementara, manajemen Astra Otoparts khawatir implementasi Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 87 Tahun 2015 tentang Ketentuan Impor Barang Tertentu bisa memperparah kondisi industri komponen otomotif yang sudah melesu sejak awal tahun.
Direktur Keuangan Astra Otoparts Hugeng Gozali mengatakan Permendag ini mungkin tidak berpengaruh ke penjualan perusahaan penyalur komponen otomotif (Original Equipment Manufacturer/OEM). Namun sangat mengganggu aktivitas penjualan komponen ritel.
Di tengah kondisi ekonomi saat ini, ia mengatakan kalau harga akan menjadi pertimbangan utama bagi pemilik mobil untuk membeli komponen atau aksesori otomotif.
"Apalagi kalau ditambah Permendag 87 yang baru itu tentu akan memukul penjualan kami di dalam negeri. Karena nanti akan banjir produk murah, di mana produk-produk kita tak bisa bersaing dari segi harga," ujar Hugeng belum lama ini.
(gir)