Faisal Basri: Bunga Bank Tinggi Dosa Pemerintah

Elisa Valenta Sari | CNN Indonesia
Kamis, 25 Feb 2016 07:10 WIB
Bunga deposito yang tinggi dinilai Faisal Basri sebagai imbas dari persaingan bank dengan pemerintah dalam memperebutkan dana di pasar obligasi (crowding out)
Ekonom Universitas Indonesia Faisal Basri. (ANTARA FOTO/Andika Wahyu)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pengamat Ekonomi Universitas Indonesia, Faisal Basri menyoroti kontroversi pembatasan keuntungan marjin bunga bank (Net Interest Margin/NIM) maupun bunga deposito oleh pemerintah dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Menurut Faisal, kebijakan itu merupakan puncak dari kompetisi suku bunga untuk mendapatkan dana segar di pasar keuangan.

Ia menilai, selama ini banyak bank yang menawarkan suku bunga deposito tinggi karena juga untuk bersaing dengan obligasi yang diterbitkan pemerintah. Sebagai perbandingan, ia mencontohkan, rata-rata suku bunga deposito perbankan saat ini berada di level 7 persen atau lebih rendah dari imbal hasil (yield) obligasi negara bertenor 10 tahun yang sebesar 8 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pemerintah mengeluarkan surat utang yield-nya tinggi, sekarang deposito lari semua ke SUN, Sukuk, obligasi, utang. Kalau di buku teks itu namanya crowding out, jadi pemerintah dan perbankan Indonesia berlomba-lomba untuk menarik dana masyarakat, sebenernya ini semua dosa pemerintah," ujar Faisal dalam sebuah seminar outlook ekonomi di Jakarta, Rabu (24/2).

Mantan Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas ini menuturkan, pemerintah sebaiknya segera memperbaiki manajemen fiskal agar bunga utangnya juga turun. Sama halnya dengan BI Rate, turunnya bunga utang pemerintah pasti menyeret jatuh berbagai bunga sehingga menggairahkan ekonomi.

Ia juga mendorong adanya efisiensi perbankan melalui skema konsolidasi bank-bank besar yang dimiliki negara. Efisiensi bank bisa ditingkatkan tidak hanya melalui upaya menekan biaya dana (cost of fund) perbankan.

"Kalau di luar negeri bank efisien karena bank-banknya besar, sudah terjadi konsolidasi perbankan. Di Malaysia, tadinya 38 bank sekarang 13 bank, di Indonesia masih ratusan. Tidak dilaksanakan namanya arsitektur perbankan Indonesia," ujarnya.

(ags)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER