Mandiri Yakin Pembatasan Bunga Deposito Tak Ganggu Likuditas

Antara & Safyra Primadhita | CNN Indonesia
Rabu, 24 Feb 2016 11:53 WIB
Bank Mandiri akan memangkas bunga kreditnya sebesar 25-50 basis poin pada Maret 2016, terutama untuk segmen pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk, Budi Gunadi Sadikin, usai menyampaikan paparan kinerja keuangan perusahaan tahun 2015 di Plaza Mandiri, Jakarta, Selasa (23/2). (CNN Indonesia/Safyra Primadhita)
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bank Mandiri Persero Tbk meyakini rencana pembatasan bunga deposito atas simpanan BUMN dan pemerintah di perbankan tidak akan memperketat likuiditas perseroan.

Direktur Utama Bank Mandiri, Budi Gunadi Sadikin mengatakan porsi simpanan deposito milik BUMN di Bank Mandiri tidak terlalu besar, hanya sekitar 10 persen dari total Dana Pihak Ketiga (DPK) yang hingga akhir 2015 terhimpun Rp676,4 triliun.

"Kira-kira ada 10 persen, berarti sekitar Rp60 triliun. Itupun (jika dibatasi) tidak akan ditarik semua, karena semua bank (bank BUMN) turun kan bunga depositonya. Lagipula, kebijakan (penurunan) Giro Wajib Minumum-Primer dan rekap obligasi akan membantu likuiditas kami," ujarnya dalam jumpa pers, Selasa (23/2) malam.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun untuk industri perbankan secara umum, kata Budi, kebijakan ini bisa saja memberi tekanan terhadap likuiditas. Apalagi jika akhirnya dana deposan besar tersebut berpindah ke instrumen obligasi dengan imbal hasil yang masih atraktif.

Dampaknya, lanjut Budi, bank-bank yang berlomba mencari DPK, akan terpaksa memasang bunga tinggi untuk dana mahal deposito.

"Bank-bank kecil yang kekurangan dana, bisa terpaksa menaikkan bunga depositonya," kata dia.

Dengan porsi dana BUMN dan pemerintah yang kecil di Mandiri, Budi mengatakan, dampak pembatasan bunga deposito terhadap biaya dana (cost of fund) juga tidak akan terlalu besar.

Namun, ucapnya, Mandiri akan tetap mendorong penurunan bunga kredit hingga ke satu digit, dengan melihat kondisi likuiditas yang ada.

Saat ini, Budi mengklaim, Mandiri termasuk perbankan yang cukup efisien dalam menjalankan fungsi intermediasinya ke masyarakat.

Hal itu, kata dia, terlihat dari rasio biaya ke pendapatan (cost to income ratio) Mandiri yang bercokol di 39 persen, tidak jauh berbeda dengan bank-bank beraset besar di negara-negara ASEAN.

Adapun pendapatan bunga bersih (Net Interest Margin/NIM) Mandiri secara konsolidasi pada 2015 mencapai 6,08 persen.

Secara umum, Budi mengatakan, untuk menurunkan suku bunga kredit hingga ke satu digit, seperti yang ditargetkan pemerintah, maka tingkat bebas risiko perbankan (risk-free rate) harus diperbaiki.

Salah satu caranya, lanjutnya, perbankan harus dapat memperbaiki biaya kredit (cost of credit) dan biaya operasional (cost of operation) yang menjadi perhitungan dalam suku bunga kredit.


Rencananya, Bank Mandiri akan memangkas bunga kreditnya sebesar 25-50 basis poin pada Maret 2016.

Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo mengatakan penurunan bunga kredit diutamakan untuk segmen pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).

Untuk segmen lain, ujarnya, perseroan masih akan mempertimbangkan kondisi likuiditas yang dinilai kembali mengetat belakangan ini.

Kartika mengatakan, dari seluruh segmen kredit Mandiri, kredit sektor UMKM memang masih dipatok dengan bunga kredit yang tinggi. Hal itu dikarenakan biaya pelayanan, yang termasuk dalam biaya operasional (overhead cost) perbankan untuk pelayanan segmen mikro tergolong tinggi. (ags)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER