Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan farmasi, PT Merck Tbk mendukung adanya wacana pemerintah yang membuka industri bahan baku farmasi 100 persen untuk pemodal asing karena bakal menekan biaya produksi industri obat-obatan.
Direktur Pabrik Merck Indonesia Arryo Aritrixso Wachjuwidajat mengatakan manajemen menyambut positif adanya wacana tersebut karena memberikan potensi tumbuhnya industri bahan baku farmasi di dalam negeri. Alasannya, selama ini perseroan bergantung dengan bahan baku yang diimpor.
“Kita semua tahu bahwa hampir 90 persen bahan baku industri farmasi itu masih impor,” katanya di kawasan pabrik perusahaan, Jakarta, Kamis (25/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, hal tersebut membuat industri farmasi dalam negeri rentan terhadap pelemahan nilai tukar rupiah. Ia menilai dengan adanya industri bahan baku farmasi di dalam negeri, maka biaya impor bisa ditekan.
“Kalau ada bahan baku di dalam negeri kan kami tidak usah impor. Biaya produksi bisa turun,” jelasnya.
Kendati pemerintah sudah memberikan ‘lampu hijau’ bagi pemodal asing untuk menguasai industri bahan baku farmasi, Arryo mengaku induk usaha Merck di Jerman belum menyatakan rencana membuka pabrik bahan baku di Indonesia.
“Kami belum ada pembicaraan dengan induk di Jerman untuk saat ini,” katanya.
Untuk diketahui, fluktuasi nilai tukar rupiah sebelumnya membuat beban biaya produksi membengkak. Arryo menjelaskan, banyak cara yang manajemen lakukan dalam menekan biaya produksi per tahun. Salah satunya adalah dengan program Lean Six Sigma, dan juga percepatan proses pengepakan (packaging).