Singapura, CNN Indonesia -- Singapura menjadi satu sumber penting remitansi ke negara-negara Asia Tenggara karena jumlah pekerja asing di negara ini.
Singapura adalah salah satu negara Asia Tenggara yang memiliki pendapatan tertinggi. Negara ini juga merupakan salah satu negara paling mahal di dunia, namun tingkat upah pun jauh lebih tinggi dari negara-negara tetangganya.
Organisasi Perdagangan Luar Negeri Jepang mencatat bahwa hingga Oktober 2015, gaji bulanan pekerja manufaktur Singapura sekitar lima kali lebih tinggi dari pada pekerja di Thailand dan Malaysia. Sementara dibandingkan Indonesia dan Filipina, nilainya enam kali lebih tinggi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti dilaporkan oleh
Nikkei, pekerja di luar sektor manufaktur memiliki pendapatan sekitar tiga kali lebih tinggi dari pekerja di Thailand dan Malaysia, lima kali lebih tinggi dari pekerja di Filipina dan Indonesia.
Pada periode Juli-Septemberi 2015, Singapura mencatat defisit sebesar 2,3 miliar dolar Singapura dari sektor pendapatan sekunder di luar sektor pemerintah. Defisit ini disebarkan oleh remitansi pekerja.
Angka defisit ini naik 240 persen dalam satu dekade terakhir. Defisit dengan Filipina, yang warganya menjadi mayoritas pekerja migran di Singapura, naik 560 persen.
Singapura diminati para pekerja karena merupakan sedikit dari negara Asia yang mengadopsi kebijakan mata uang tinggi.
Otoritas Moneter Singapura, yang juga merupakan bank sentral negara itu, mempertahankan kebijakan kenaikan mata uang dalam tingkat kecil dan tetap. Pada awalnya kebijakan ini bertujuan menarik investasi asing dan mempertahankan nilai tukar mata uang negara itu agar nilai aset investor asing.
Pekerja migran - yang menukar pendapatan mereka dalam dolar Singapura ke mata uang negara asal mereka ketika dikirim, mendapat keuntungan dari kebijakan ini.
Biasanya, remitansi pekerja asing menekan nilai jual dolar Singapura di pakar valuta asing. Tetapi, MAS yang membiarkan kenaikan nilai tukar, menyerap dampak itu sehingga pekerja tidak perlu khawatir gaji mereka berkurang ketika menukar dolar Singapura menjadi mata uang negara asal.
Dengan dukungan dari kebijakan pemerintah, dolar Singapura naik hingga 50 persen terhadap rupiah, dan lebih dari 20 persen dari peso Filipina dan baht Thailand dalam delapan tahun terakhir.
Victor Felix, analis AB Capital Securities Filipina, mengatakan kenaikan nilai tukar dolar Singapura akan memicu kenaikan jumlah remitansi yang diterima negara-negara tetangga dan akan membantu kenaikan permintaan di sana.
Namun, akhir-akhir ini pasar finansial Asia Tenggara mengalami perubahan yang mengkhawatirkan yang bisa berdampak pada pekerja migran.
Obligasi pemerintah di negara seperti Indonesia dan Malaysia tiba-tiba menjadi menarik. Rupiah dan mata uang lain yang nilai tukarnya merosot tajam ke tingkat yang belum pernah terjadi sejak krisis mata uang Asia 1997, kini menguat lagi.
Ada juga kekhawatiran terhadap masa depan ekonomi Singapura. PDP riil awal negara ini mencapai 2,1 persen year-on-year pada 2015, turun 2,9 persen dari tahun sebelumnya. Indeks produksi industri Desember 2015 juta turun tajam.
Jika perlambatan ekonomi Singapura berdampak pada gaji pekerja atau terjadi penurunan nilai tukar dolar Singapura terhadap mata uang negara mereka, dampaknya akan terasa pada keluarga mereka di rumah. Dan hal ini juga akan berdampak pada Singapura yang sejak lama bisa menarik orang, barang dan dana.
(yns)