Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) melansir likuiditas perekonomian uang beredar dalam arti luas (M2) pada Januari 2016 tumbuh 7,7 persen secara tahunan, turun dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 8,9 persen secara tahunan.
Staf Komunikasi BI Anton Febriawan mengatakan, berdasarkan komponennya, perlambatan M2 bersumber dari pertumbuhan Uang Kuasi (simpanan berjangka dan tabungan, baik rupiah maupun valas, serta giro valas) yang turun dari 8,4 persen pada Desember 2015 menjadi sebesar 6,2 persen secara tahunan pada Januari 2016.
“Berdasarkan faktor yang memengaruhi, perlambatan M2 terutama dipengaruhi oleh melambatnya pertumbuhan kredit,” ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (29/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menjelaskan, posisi kredit yang disalurkan perbankan pada akhir Januari 2016 tercatat sebesar Rp4.009,4 triliun atau tumbuh 9,3 persen secara tahunan, melambat dari 10,1 persen secara tahunan pada bulan sebelumnya.
“Perlambatan pertumbuhan kredit terutama terjadi pada Kredit Modal Kerja (KMK) dan Kredit Investasi (KI),” imbuhnya.
Adapun suku bunga simpanan berjangka mengalami penurunan, sementara suku bunga kredit tidak berubah. Pada Januari 2016, suku bunga simpanan berjangka 1, 3, 6, 12 dan 24 bulan masing-masing tercatat sebesar 7,51 persen, 7,90 persen, 8,50 persen, 8,43 persen, dan 9,06 persen.
Besaran tersebut turun dibandingkan bulan sebelumnya yang masing – masing tercatat sebesar 7,60 persen, 7,99 persen, 8,54 persen, 8,47 persen, dan 9,07 persen.
Sementara itu, suku bunga kredit pada Januari 2016 tercatat sebesar 12,83 persen, relatif tetap dibandingkan bulan sebelumnya.
Sebelumnya, BI menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) primer dalam rupiah dari sebelumnya 7,5 persen menjadi 6,5 persen. Keputusan ini diambil melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang digelar pada 17-18 Februari 2016.
“Sehubungan dengan aspek teknis yang perlu disiapkan oleh perbankan, (penurunan GWM) akan kita berlakukan mulai 16 Maret 2016,” tutur Gubernur BI Agus D.W. Martowardojo dalam konferensi pers di Gedung Thamrin BI, belum lama ini.
Agus mengungkapkan penurunan GWM primer dalam rupiah sebesar seratus basis poin itu bisa menambah likuiditas hingga Rp34 triliun ke pasar.
Selanjutnya, Agus berharap penurunan GWM primer dalam rupiah yang diiringi oleh penurunan suku bunga acuan (BI rate) menjadi 7 persen bisa memperkuat upaya mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
“Adapun terkait transmisi dari BI rate yang diturunkan dan GWM primer dalam rupiah yang diturunkan, kami berharap akan bisa efektif dan lebih bisa dirasakan itu diantara satu sampai tiga bulan (ke depan),” ujarnya.
(gir)