Jakarta, CNN Indonesia -- Pengamat menilai Bank Indonesia masih memiliki ruang untuk kembali memangkas suku bunga acuan (BI rate) sebesar 25 basis poin menjadi 6,75 persen pada semester I tahun ini karena penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) dan suku bunga negatif di Jepang.
Ekonom Mandiri Sekuritas Leo Rinaldy mengatakan Bank Indonesia memutuskan memangkas BI rate, deposit facility, dan lending rate sebesar 25bps masing-masing menjadi 7 persen, 7,5 persen, dan 5 persen. Menurutnya hal itu sejalan dengan prediksi Mandiri Sekuritas dan konsensus pasar.
“Kejutan justru muncul dari keputusan memangkas GWM (Giro Wajib Minimum) menjadi 6,5 persen dari 7,5 persen. Kami meyakini bank sentral sedang mengoptimalkan pelonggaran kebijakannya dengan memanfaatkan momentum makro ekonomi yang positif,” katanya dalam riset, Jumat (19/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan penghitungan analis perbankan Mandiri Sekuritas, lanjutnya, pemangkasan GWM sebesar 100bps akan memompa tambahan likuiditas dana sebesar Rp36 triliun ke dalam sistem moneter.
“Meskipun demikian, kami meyakini, dana itu akan mengarah ke pasar uang dan obligasi pada jangka pendek karena aliran dana ke kreditnya akan memakan waktu (1–3 bulan dalam prediksi Bank Indonesia),” jelasnya.
Secara keseluruhan, Leo memprediksi pertumbuhan kredit 2016 dapat naik menjadi 13 persen-15 persen dengan kemungkinan lebih besar pada kisaran atas dari tahun sebelumnya 10,5 persen.
Bank sentral, lanjutnya, juga memprediksi pertumbuhan ekonomi akan dibukukan sekitar 5,2 persen-5,6 persen Dari sisi neraca pembayaran, BI memprediksi perbaikan pada defisit neraca berjalan (CAD) akan di bawah 3 persen GDP tahun ini.
“Setelah rangkaian pelonggaran kebijakan moneter tahun ini, kami menilai bank sentral akan tetap melonggarkan BI rate sebesar 25bps menjadi 6,75 persen pada semester I 2015 karena beberapa kondisi,” ungkapnya.
“Pertama, potensi penurunan harga BBM. Kedua, perkembangan global dari suku bunga negatif Jepang dan prospek kenaikan Fed Fund rate (FFR) yang lebih rendah daripada sebelumnya,” imbuh Leo.
Ketiga, lanjut Leo, Mandiri Sekuritas masih meyakini imbal hasil obligasi rupiah masih akan atraktif untuk investor asing setidaknya hingga semester I 2016. Kondisi nilai tukar rupiah juga masih stabil dari suku bunga onshore swap USD/IDR yang sudah turun 9,25 persen dari sebelumnya 13 persen pada September 2015.
(gir)