Inflasi Rendah Dorong BI Turunkan Suku Bunga jadi 7 Persen

Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Kamis, 18 Feb 2016 15:45 WIB
Selain tingkat inflasi yang rendah, stabilitas makroekonomi mendorong BI bisa memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin.
Selain tingkat inflasi yang rendah, stabilitas makroekonomi mendorong BI bisa memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin. (ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 7 persen dari sebelumnya di level 7,25 persen. Kebijakan tersebut merupakan keputusan Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang digelar selama dua hari sejak kemarin.

"Keputusan ini sejalan dengan pernyataan kami sebelumnya, bahwa ruang pelonggaran kebijakan moneter semakin terbuka dengan terjaganya stabilitas makroekonomi. Sekaligus mempertimbangkan inflasi yang rendah pada 2016," kata Gubernur BI Agus D.W. Martowardojo di Gedung BI, Kamis (18/2).

Selain menurunkan suku bunga acuan, RDG juga memutuskan tidak mengubah suku bunga Deposit Facility sebesar 5 persen dan Lending Facility pada level 7,5 persen, serta menurunkan giro wajib minimum (GWM) primer dalam rupiah dari 7,5 persen menjadi 6,5 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelumnya sejumlah pengamat ekonomi menilai penguatan nilai tukar rupiah beberapa waktu terakhir sudah cukup memberikan ruang bagi BI untuk menurunkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin.

Ekonom DBS Group Gundy Cahyadi mengatakan penguatan rupiah tersebut didukung oleh laju inflasi awal tahun yang cukup terkendali sehingga mampu memberikan peluang BI rate turun setelah sempat dipangkas Januari lalu.

“BI pasti akan memanfaatkan kesempatan ini untuk membantu pertumbuhan ekonomi awal tahun,” ujar Gundy dalam riset.

Selain indikator makro tersebut, defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) juga menjadi pertimbangan bank sentral dalam mengambil kebijakan suku bunganya. Posisi CAD Indonesia sendiri selama tahun 2015 tercatat sebesar 2,06 persen dari PDB, menyempit jika dibandingkan dengan posisi CAD tahun 2014 yang mencapai 3,1 persen dari PDB.

Dia memperkirakan CAD berpotensi kembali melebar mengingat harga komoditas global yang cenderung dalam tren menurun.

Namun, peluang pelonggaran moneter juga menghadapi tantangan besar seiring dengan rencana pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) Bank Sentral Amerika pada Maret mendatang. (gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER