Jakarta, CNN Indonesia -- Pengamat ekonomi memprediksi deflasi terjadi selama Februari lalu akibat harga kebutuhan barang dan jasa yang mulai turun sejak mengalami kenaikan di bulan Januari.
"Februari kemungkinan deflasi 0,1-0,2 persen, karena bulan Januari lalu pengaruhnya signifikan sekali harga pangan naik," ujar Head of Economist PT Bank Central Asia Tbk (BCA) David Sumual, Selasa (1/3).
David mengatakan harga bahan pangan pokok seperti beras dan jagung sudah mengalami penurunan 7 persen dibandingkan Januari. Ia melihat ke depan tren deflasi masih akan terjadi hingga April, mengingat ada beberapa rencana penurunan komponen harga yang diatur pemerintah (
administered price). Seperti Bahan Bakar Minyak (BBM) dan tarif listrik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Dengan terkendalinya harga pangan, inflasi ke depan bisa ditekan. Asal mekanisme penetapan harga BBM jelas. Dan ini bisa mendorong harga minyak yang lebih rendah, harga pokoknya turun," katanya.
Ekonom Samuel Asset Management Lana Soelistianingsih juga memprediksikan Februari terjadi deflasi 0,1 persen secara bulanan, 4,62 persen secara tahunan (
year-on-year). Per akhir minggu ke-3 Februari tercatat deflasi minus 0,13 persen (
month-to-month).
"Pemerintah impor beberapa komoditas pangan termasuk jagung. BI optimistis tahun 2016 inflasi akan mencapai 4 persen dengan asumsi harga minyak mentah US$37 per barel," jelas Lana dalam risetnya.
Sebelumnya, Bank Indonesia memperkirakan Februari 2016 akan mengalami deflasi pada kisaran 0,13-0,14 persen atau terendah dalam tiga tahun terakhir. Pada Februari 2015 tercatat deflasi 0,36 persen dan Februari 2014 tercatat inflasi 0,26 persen.
(gen)