Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menyatakan PT Danareksa (Persero) diutamakan menjadi induk usaha (
holding) perbankan pelat merah, dibandingkan dengan opsi PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (Bahana PUI).
Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Jasa Survei, dan Konsultan Kementerian BUMN Gatot Trihargo mengatakan proses pembentukan
holding perbankan pelat merah masih terus berjalan dan sudah sampai di tangan Presiden.
“Proses masih berjalan. Sekarang sudah dalam usulan di rakortas (rapat koordinasi terbatas), kemarin disampaikan Bu Rini (Menteri BUMN),” ujarnya di gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), kemarin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menjelaskan, pembahasan tersebut masih berada di tataran atas. Gatot menekankan bahwa yang dipentingkan adalah
holding tersebut masih 100 persen dikuasai oleh BUMN juga, meskipun modelnya berbeda.
“Yang penting yang di atas itu 100 persen BUMN. Nanti modelnya
investment company,” jelasnya.
Dalam hal ini, Gatot mengaku Kementerian BUMN lebih mengutamakan Danareksa sebagai
holding perbankan. Sementara, Bahana PUI disebutnya bisa memperoleh peran selain
holding perbankan.
“Kalau yang sekarang kita pakai Danareksa sebagai opsi utama. Kemarin kan dua. Sama saja, tapi Bahana bisa kita perankan untuk yang lain,” ungkapnya.
Sayangnya, Gatot enggan menjelaskan alasan pihaknya lebih menjagokan Danareksa dibandingkan dengan Bahana PUI. Ia hanya menyatakan hal tersebut sesuai dengan peta jalan (
roadmap) yang telah disusun.
“Sesuai roadmap, nanti saham mayoritas bisa dipengang
holding,” jelasnya.
Sementara itu, Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Asmawi Syam mengatakan manajemen tidak mempermasalahkan siapa yang nantinya menjadi
holding. Ia mengaku perseroan siap mengikuti proses nantinya.
“Semua bisa saja menjadi
holding. Semua memungkinkan, kami belum tahu. Tapi kami siap mengikuti proses. Danareksa termasuk calonnya, ya kami siap ikuti saja,” ujarnya.
Sebelumnya, Kementerian BUMN menargetkan
holding perbankan pelat merah terbentuk pada 2018. Pembentukan
holding ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi operasional dan memperkuat ekuitas bank BUMN.
Perusahaan induk bank BUMN, nantinya akan lebih fokus dalam menyinergikan infrastruktur teknologi (IT-
Backbone) operasional perbankan pelat merah.
Sebagai contoh, dengan melakukan sinergi anjungan tunai mandiri (ATM) dan mesin
electronic data capture (EDC) bank pelat merah.
Selain itu, perusahaan
holding itu nantinya juga menginduki perusahaan
switching ATM pelat merah. Pasalnya,
switching company sesuai peraturan Bank Indonesia tidak boleh dimiliki oleh perbankan. Oleh karena itu, nanti yang memiliki kewenangan
switching adalah
investment holding.
Tak hanya itu sebagai perusahaan investasi,
holding bank BUMN juga akan membantu dalam mencarikan dana murah yang akan disalurkan oleh bank pelat merah di bawahnya.
(gen)