Jakarta, CNN Indonesia -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan bergerak dalam tekanan karena potensi aksi jual seiring pergerakan bursa global dan regional Asia yang variatif.
Analis Reliance Securities Lanjar Nafi mengatakan sebelumnya bursa Asia ditutup mayoritas terkoreksi. Ia menjelaskan, sebagian data menunjukan pelemahan di antaranya data ekspor China dan Jepang yang kembali terjatuh.
“Jatuhnya ekspor di China merupakan yang terbesar hampir 6 tahun terakhir,” katanya dalam riset, dikutip Kamis (10/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya jika dilihat dari analisa teknikal, maka pergerakan IHSG sesuai perkiraan dan menutup
gap yang terbentuk pada level 4.781 dengan
break out support MA7. Ia menambahkan, indikator memperlihatkan tekanan aksi jual dengan momentum
bearish hingga di bawah rata-rata.
“IHSG masih berpeluang menguji
support hingga
bullish trend jangka menengah dikarenakan
signal reversal masih belum terlihat. Diperkirakan IHSG masih bergerak tertekan dengan range pergerakan 4.735-4.805,” jelasnya.
Dalam perdagangan sebelumnya, Lanjar menilai IHSG ditutup tertekan sejak awal sesi dengan volume yang relatif
moderate. Hanya sektor pertambangan yang menguat setelah beberapa harga komoditas melonjak seperti timah, emas dan nikel.
“Meskipun demikian rata-rata saham melemah didorong kekhawatiran atas data ekonomi di China dan Jepang. Menjelang libur bursa, investor asing terlihat berhati-hati dalam melakukan aksi beli,” katanya.
Analis Asjaya Indosurya Securities William Surya Wijaya mengatakan IHSG bergerak dalam fase konsolidasi wajar. Ia menilai kondisi pergerakan terlihat berada dalam ranah teknikal koreksi wajar dengan potensi menguji support 4.779.
Ia menambahkan, saat ini target resisten berada pada level 4.876 dengan potensi dapat digapai dalam waktu dekat. Hal itu mengingat arus modal yang masuk masih berangsur terjadi serta ditunjang kondisi perekonomian yang cukup stabil terlihat dari rilis data perekonomian terlansir.
“Penguatan harga komoditas minyak yang terlalu cepat perlu sedikit diwaspadai sehingga kita dapat mengantisipasi jika terjadi pembalikan terhadap harga komoditas minyak,” jelasnya.
(gen)