Jakarta, CNN Indonesia -- International Monetary Fund atau Dana Moneter Internasional (IMF) memberi sinyal bakal memangkas kembali proyeksi pertumbuhan ekonomi global bulan depan. Pada Januari lalu, lembaga donor pimpinan Christine Lagarde tersebut telah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun ini sebesar 0,2 persen menjadi 3,4 persen dibandingkan proyeksi yang dibuatnya pada Oktober 2015.
Penasehat Keuangan IMF Jose Vinals mengatakan, lembaganya telah membaca sinyal perlambatan ekonomi yang masih terjadi tahun ini. Hal tersebut menurutnya harus diantisipasi para pemimpin dunia untuk mengambil kebijakan bersama guna memperkuat perekonomian negaranya masing-masing.
“Pada pertemuan musim semi bulan depan, mungkin ada revisi turun lebih lanjut dalam perkiraan kami," kata Vinals, dikutip dari kantor berita Antara, Jumat (11/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peringatan yang dilontarkan Vinals, senada dengan yang diungkapkan Lagarde bulan lalu. Bahwa para pembuat kebijakan negara-negara di dunia harus membuat kebijakan kolektif untuk menahan laju perlambatan ekonomi secara bersama.
"Saya menyarankan para pembuat kebijakan perlu mengadopsi tindakan kebijakan mendesak yang lebih komprehensif dan terpadu untuk memperkuat pertumbuhan dan mengelola kerentanan keuangan,” katanya.
Beberapa hal yang harus diperhatikan karena bakal memicu perlambatan ekonomi menurutnya antara lain pelambatan pertumbuhan China, serta kondisi perbankan dan perusahaan-perusahaan komoditas yang terus tertekan.
“Tetapi ekonomi China tidak akan mengalami hard landing. Sementara India harus memprioritaskan pembersihan pada neraca keuangan bank-banknya, sambil menanggulangi ketergantungan ekonomi pada utang,” katanya.
Vinals mencatat bank-bank di India memiliki jumlah utang terbesar dalam 13 tahun terakhir yaitu mencapai delapan triliun rupee atau sekitar US$119,12 miliar. Likuiditas yang minim itu telah membuat kemampuan bank-bank di India dalam memberikan utang yang berpengaruh langsung pada pertumbuhan ekonomi.
(gen)