Tutup Kerugian, Antam Bidik Bisnis di Filipina dan Myanmar

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Kamis, 31 Mar 2016 16:14 WIB
Ekspansi di Filipina dan Myanmar dilakukan demi memulihkan kinerja keuangan pasca larangan ekspor ore sejak 2014.
Logo Antam. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Aneka Tambang Tbk (Antam) akan melebarkan sayap bisnisnya di industri pertambangan Filipina dan Myanmar guna menyikapi larangan ekspor biji mineral mentah (ore) di Indonesia yang diberlakukan sejak 2014 silam.

Upaya ekspansi di dua negara tadi juga dilakukan demi memulihkan kinerja keuangan Antam yang tahun lalu mengalami rugi bersih.

Direktur Utama Antam Tedy Badrujaman menjelaskan, perdagangan ekspor bijih mineral di luar negeri lebih menjanjikan lantaran upaya tersebut dapat menghasilkan penerimaan yang cepat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Terlebih ketika pasar ekspor ore internasional khususnya ke China masih menunjukkan angka permintaan yang cukup tinggi.

"Apalagi setelah Indonesia melarang ekspor bijih mineral langsung, kini negara-negara seperti China atau Uni Eropa mengimpor bijih mineral dari negara seperti Filipina, Australia, hingga Kepulauan Solomon. Kami masih melihat ada peluang ekspor bijih mineral di negara-negara tersebut," jelas Tedy di Jakarta, Kamis (31/3).

Selain bakal menyasar bisnis trading ore Teddy bilang, saat ini dirinya juga telah mengantongi dua opsi lain seputar upaya ekspansi perseroan di FIlipina dan Myanmar.

Di mana dua opsi yang tengah dipertimbangkan meliputi: pembelian wilayah kerja pertambangan di Myanmar dan Filipina, atau hanya menjadi kontraktor tambang di dua negara tadi.

Namun Teddy masih enggan merinci rencana perseroan terkait rencana ekspansi Antam.

"Tapi semua skema masih terbuka lebar. Tak hanya menjadi operator pertambangan, namun bisa juga Kami menjadi kontraktor pertambangan atau menjadi trader. Kami memang sedang jajaki berbagai kemungkinan yang ada di sana," tuturnya.

Garap Nikel dan Emas

Seperti diketahui, menyusul penerapan Undang nomor 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara pemerintah Indonesia telah melarang kegiatan ekspor ore mulai 2014.

Dalam rangka mempersiapkan hal tersebut, Tedy mengatakan Antam sendiri telah membentuk direktorat pemasaran khusus yang sedianya bertugas untuk menyiasati turunnya besaran ekspor ore perusahaan.

Sedangkan untuk rencana ekspansi di Filipina, tuturnya perusahaan telah memiliki mitra yang akan membantu Antam untuk melakukan pengeboran dan penambangan bijih nikel.

Sementara untuk ekspansi di Myanmar Tedy berharap dapat menjajaki bisnis pertambangan emas karena sebelumnya telah pengiriman tenaga ahli dan konsultan emas ke negara tersebut.

Bahkan, mitra Antam di bidang pertambangan asal Australia, Newcrest Mining Ltd telah mengajak Antam untuk ikut eksplorasi di negara tersebut.

"Tapi tentu semua ada skemanya dan kami juga membutuhkan partner lokal," ujarnya.

Sebagai informasi, di sepanjang 2015 kemarin Antam mencatatkan rugi bersih sebesar Rp 1,44 triliun atau melonjak 93 persen dibandingkan rugi bersih tahun sebelumnya dengan nilai Rp 753,53 miliar.

Kerugian ini disebabkan oleh beban pokok penjualan yang naik dari Rp 8,62 triliun menjadi Rp10,33 triliun yang mengakibatkan laba kotor perseroan merosost dari Rp793,361 miliar di tahun 2014 menjadi Rp195,140 miliar pada tahun berikutnya. (dim)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER