Industri Perawatan Pesawat Nasional Masih Defisit Tenaga Ahli

CNN Indonesia
Jumat, 01 Apr 2016 21:56 WIB
Dari 600 orang yang dibutuhkan, saat ini tercatat baru 200 orang yang merupakan ahli perawatan pesawat.
Ketua Dewan Pimpinan Indonesia Aircraft Maintenance Services Association (IAMSA) Richard Budihadianto. (CNNIndonesia/Safyra Primadhyta)
Jakarta, CNN Indonesia --
Sejumlah perusahaan perawatan pesawat atau Maintenance, Repairing and Operation (MRO) mengaku masih kekurangan tenaga ahli seiring dengan tumbuhnya angka penggunaan pesawat yang digunakan maskapai penerbangan di Indonesia.

Ketua Umum Indonesia Aircraft Maintenance Services Association (IAMSA), Richard Budihardianto mengatakan saat ini baru terdapat 200 tenaga ahli yang bekerja di 70 perusahaan MRO di seluruh Indonesia.

Angka tersebut jelasnya, masih sebesar 30 persen dari jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan pelaku usaha yaitu 600 hingga 650 tenaga kerja.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tenaga kerja yang kami butuhkan adalah high skill labour dalam jumlah yang besar tapi harus high skill license, diatur dengan regulasi internasional, dan tidak bisa sembarangan. Saat ini, kebutuhannya jauh lebih besar dibanding jumlah tenaga kerja yang ada," jelas Richard di Jakarta, Jumat (1/4).

Richard menambahkan, saat ini Indonesia baru bisa menghasilkan 200 hingga 300 tenaga ahli padahal kebutuhan tiap tahunnya bisa mencapai seribu tenaga ahli per tahunnya.

Maka dari itu, ia berharap pemerintah mau menambah beberapa politeknik khusus aviasi di Indonesia.

"Dengan asumsi setiap perusahaan MRO menambah kapasitas dua kali lipat dalam dua hingga tiga tahun ke depan, tetap saja penyerapan tenaga ahli masih sebesar 40 hingga 50 persen. Maka dari itu, kami sangat minta dukungan pemerintah terkait penambahan politeknik tersebut," cetusnya.

Saat ini, politeknik aviasi di Indonesia baru terletak di Bandung, Tangerang, Yogyakarta, Surabaya, dan Jakarta.

Dengan penambahan beberapa sekolah penerbangan, ia berharap tenaga ahli MRO bisa bertambah menjadi 12 ribu hingga 15 ribu orang dalam 15 tahun ke depan seiring mulai banyaknya maskapai penerbangan asing yang melakukan perawatan pesawat di Indonesia.

Menurut Richard, perusahaan MRO di Indonesia pun kerap kebanjiran permintaan jasa perawatan dari Amerika dan Eropa, dan sudah diakui oleh lembaga regulator penerbangan Amerika (Federal Aviation Administration).

Ia menyontohkan PT GMF AeroAsia menerima permintaan perawatan dari 60 negara.

"Selain itu memang nantinya perusahaan MRO juga akan meningkat. Untuk helikopter contohnya, itu membutuhkan banyak teknisi dan bengkel. Kemudian pesawat berbadan kecil juga sama. Jadi kalau dilihat kebutuhannya tinggi sekali," jelasnya.

Mengutip data Kementerian Perindustrian, saat ini Indonesia memiliki 657 pesawat yang dimiliki oleh 63 maskapai.

Boeing 737 Series mendominasi jumlah pesawat tersebu dengan jumlah 231 pesawat, atau 35,15 persen dari total populasi pesawat.

Sementara itu, IAMSA menilai jasa perusahaan MRO di Indonesia memiliki omzet US$ 1 miliar per tahunnya. Angka ini mengambil porsi 1,65 persen dari nilai pasar MRO dunia dengan nilai US$ 65 miliar.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER