Jakarta, CNN Indonesia -- Penurunan drastis harga minyak mentah dunia telah memberi tekanan kepada kondisi keuangan PT Pertamina (Persero) dan membuat perusahaan minyak dan gas milik negara tersebut harus rela memangkas belanja operasionalnya (
operational expenditure/opex) sebesar 30 persen tahun ini demi efisiensi.
Direktur Keuangan Pertamin Arief Budiman mengatakan penurunan harga minyak mentah dunia membuat industri hulu Pertamina terpukul.
Terlebih perseroan juga harus menanggung beban utang yang jatuh tempo tahun ini dengan nilai kurang lebih US$1 miliar. Utang tersebut merupakan utang pinjaman yang berasal dari bank.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Turunnya harga minyak membuat net nya kurang begitu baik, tapi walau Pertamina kita punya hulu yang terpukul tapi hilirnya bisa sedikit lebih
survive, secara keseluruhan kita masih menargetkan sesuai target tahun lalu," ujar Arief dalam konferensi pers kemarin.
Pertamina telah mengalokasikan US$5,31 miliar untuk investasi yang mendukung kegiatan sektor hulu hingga hilir di tahun ini, angka tersebut meningkat 20 persen dari jumlah yang dikeluarkan untuk operasional di tahun 2015. Dari jumlah tersebut 72 persen atau sekitar US$3,8 miliar dialokasikan untuk bisnis hulu.
"Untuk hulu kita
rebased, semua opex itu kita set bisa
survive dengan harga minyak US$ 30, oleh sebab itu dari sisi opex kita minta turun ke 30 persen," ujar Arief.
Kedepannya, guna meringankan beban utang, Pertamina akan menempuh jalur kerjasama proyek yang melibatkan pemerintah. Mengingat rencana bisnis Pertamina tahun ini banyak dilibatkan dalam proyek negara yang strategis.
"Karena ke depannya kita ada jenis proyek-proyek besar dan bersifat kompleks, seperti
upgrade kilang Balikpapan, Cilacap dan kilang baru, kecenderungannya kiata akan menggunakan
project financing, mudah-mudahan lebih kompetitif dan bisa menggunakan bantuan atau dukungan yang sifatnya G to G (
Government to Government)," jelasnya.
Lepas Saham Anak UsahaDi samping itu, Pertamina juga akan melepas kepemilikan saham anak usaha Pertamina yang bergerak di bidang asuransi, yakni PT Tugu Pratama Indonesia. Arief memastikan tahun ini Pertamina akan melego anak usahanya tersebut ke lantai bursa atau IPO.
Namun Arief menjelaskan keputusan penawaran saham Tugu Pratama menunggu situasi perseroan kondusif. Dalam hal ini, ia mengaku harus melihat finansial induk perusahaan dan situasi pasar modal terlebih dahulu.
"Anak usaha Pertamina yang bergerak di bidang asuransi mungkin tahun ini (IPO), kalau pasar kondusif," terangnya.
Arif memaparkan masih ada beberapa anak usaha Pertamina yang sudah bisa melakukan penawaran saham perdananya. Namun semuanya bukan berasal dari bisnis utama perseroan yakni dari sektor migas.
Penawaran saham yang dilakukan anak usaha, bisa sangat menguntungkan Pertamina. Pasalnya perseroan bisa mendapatkan modal tambahan dari eksternal.
"IPO mungkin akan baik, punya transparansi dan dapat modal dari luar," papar Arif.
Selain Tugu Pratama, dua anak usaha Pertamina lainnya yakni PT Patra Jasa yang mempunyai bisnis perhotelan dan Pertamina Bina Medika yang bergerak di bidang rumah sakit juga akan melepas sahamnya. Namun hal itu masih menunggu keputusan dari induk perusahaan.
(gir)