2016, Pertamina Impor BBM 8 Juta Barel Per Bulan

Diemas Kresna Duta | CNN Indonesia
Jumat, 11 Mar 2016 19:06 WIB
PT Pertamina (Persero) memprediksi angka konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Premium akan menurun pada 2016.
Pekerja membersihkan logo Pertamina di salah satu SPBU, kawasan Pasar Minggu, Jakarta, Sabtu, 10 Januari 2015. (CNN indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pertamina (Persero) memprediksi angka konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Premium akan menurun pada 2016.

Vice President Marketing Development Integrated Supply Chain (ISC) Pertamina Hasto Wibowo mengatakan, penurunan angka konsumsi Premium tahun ini terjadi karena adanya migrasi ke Pertalite, Pertamax dan produk BBM lainnya.

Di mana angka penjualan Premium tahun ini diperkirakan mencapai164,6 juta barel atau 15 juta barel per bulan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jika dibandingkan tahun sebelumnya, angka konsumsi tersebut menurun 5,4 juta ketimbang angka konsumsi 2015 sebesar 175 juta barel.

"Intinya demand premium menurun karena ada Pertalite dan tren peningkatan Pertamax," ujar Hasto, di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Jumat (11/3).

Hasto menambahkan, guna memenuhi kebutuhan Premium di 2016 Pertamina mendatangkan dari impor sebanyak ‎96 juta barel dan 84 juta barel dari kilang pengolahan minyak mentah dalam negeri.

Tak cuma itu, perusahaan pelat merah juga akan mengimpor BBM jenis Pertamax dan Pertamax Plus dalam waktu dekat.

"Dari situ (produk BBM) berapa yang dihasilkan kilang 7 juta barel per bulan. Balance-nya (defisit) berarti 8 juta barel per bulan dan itu akan impor," terang Hasto.

Sedangkan untuk konsumsi Pertamax Hasto bilang tahun ini diperkirakan mencapai 1,8 juta barel yang berasal ‎dari kilang dalam negeri 700 ribu barel dan 1 juta barel dari impor.

‎"Yang menggambarkan tipical demandnya kurang lebih 1,7-1,8 juta barel per bulan 2016," tutur Hasto.

Sementara untuk angka konsumsi solar tahun ini diperkirakan 13 juta barel perbulan atau 156 juta.

Di mana  saat ini Pertamina sudah tidak lagi mengimpor solar karena sudah melakukan pengembangan dan penambahan kapasitas kilang.

"Solar umum kebutuhan kurang lebih13 juta perbulan. Impor tidak ada untuk pasar umum tidak ada. Belum ekspor," tandas Hasto. (dim)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER