Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) tengah berdiskusi dengan pelaku pasar keuangan nasional maupun global terkait kemungkinan mengubah kebijakan suku bunga acuan, yang selama ini berpatokan pada BI rate.
"Harap tunggu penjelasan resmi kami Jumat nanti," ujar Deputi Senior BI Mirza Adityaswara kepada Reuters.
Pada prinsipnya, sambung Mirza, tolak ukur untuk menentukan suku bunga nantinya akan diterapkan berdasarkan praktik terbaik dari operasi kebijakan moneter bank-bank sentral di dunia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya dilaporkan, BI akan mengadopsi tingkat
reverse repurchase (REPO) 7 hari sebagai suku bunga acuan. Ini berarti menggeser BI
rate yang selama ini digunakan sebagai referensi.
Sejak Juli 2005, acuan suku bunga berkiblat pada kebijakan moneter yang ditetapkan BI. Namun, kemungkinan perubahan
benchmark tidak berarti mengubah pendirian bank sentral dalam pengambilan kebijakan moneter dari sisi tingkat bunga.
Namun banyak analis menilai bahwa BI
rate tidak kredibel dalam mencerminkan kondisi pasar. Saat rupiah mengalami pergerakan, suku bunga acuan BI ini relatif stagnan.
Riset Deutsche Bank menyebutkan, suku bunga acuan
overnight rate (tingkat bunga antar bank dengan jangka waktu satu malam) lebih relevan digunakan karena lebih sesuai dengan kondisi pasar. Praktik ini sudah banyak digunakan dalam utang perusahaan.
"Jika diterapkan, perubahan ini akan positif bagi bank dan memperluas pasar kredit secara keseluruhan," imbuh Raymond Kosasih, Analis Deutsche Bank dalam riset yang diterima CNNIndonesia.com.
Secara umum, dengan atau tanpa risiko intervensi, ia menilai, kemungkinan Indonesia mengalami penurunan struktural dalam suku bunga. Ini akan berakibat pada perolehan margin bunga bersih alias
Net Interest Margin/NIM.