Bank Indonesia Rilis Instrumen Moneter Baru Akhir Pekan Ini

CNN Indonesia
Rabu, 13 Apr 2016 12:01 WIB
Bank Indonesia (BI) tengah berdiskusi dengan pelaku pasar keuangan nasional maupun global terkait kemungkinan mengubah kebijakan suku bunga acuan.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo memaparkan hasil Rapat Dewan Gubernur BI yang membahas BI Rate di Jakarta, Kamis (18/2). Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia menetapkan suku bunga acuan berada di level 7 persen atau turun 25 basis poin. (ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) tengah berdiskusi dengan pelaku pasar keuangan nasional maupun global terkait kemungkinan mengubah kebijakan suku bunga acuan, yang selama ini berpatokan pada BI rate. 

"Harap tunggu penjelasan resmi kami Jumat nanti," ujar Deputi Senior BI Mirza Adityaswara kepada Reuters.


Pada prinsipnya, sambung Mirza, tolak ukur untuk menentukan suku bunga nantinya akan diterapkan berdasarkan praktik terbaik dari operasi kebijakan moneter bank-bank sentral di dunia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelumnya dilaporkan, BI akan mengadopsi tingkat reverse repurchase (REPO) 7 hari sebagai suku bunga acuan. Ini berarti menggeser BI rate yang selama ini digunakan sebagai referensi.

Sejak Juli 2005, acuan suku bunga berkiblat pada kebijakan moneter yang ditetapkan BI. Namun, kemungkinan perubahan benchmark tidak berarti mengubah pendirian bank sentral dalam pengambilan kebijakan moneter dari sisi tingkat bunga.

Namun banyak analis menilai bahwa BI rate tidak kredibel dalam mencerminkan kondisi pasar. Saat rupiah mengalami pergerakan, suku bunga acuan BI ini relatif stagnan.

Riset Deutsche Bank menyebutkan, suku bunga acuan overnight rate (tingkat bunga antar bank dengan jangka waktu satu malam) lebih relevan digunakan karena lebih sesuai dengan kondisi pasar. Praktik ini sudah banyak digunakan dalam utang perusahaan.

"Jika diterapkan, perubahan ini akan positif bagi bank dan memperluas pasar kredit secara keseluruhan," imbuh Raymond Kosasih, Analis Deutsche Bank dalam riset yang diterima CNNIndonesia.com.

Secara umum, dengan atau tanpa risiko intervensi, ia menilai, kemungkinan Indonesia mengalami penurunan struktural dalam suku bunga. Ini akan berakibat pada perolehan margin bunga bersih alias Net Interest Margin/NIM.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER