Jakarta, CNN Indonesia -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan bergerak variatif dengan kecenderungan koreksi karena investor mulai mencermati laporan keuangan kuartal I 2016, sementara beberapa sektor saham sudah naik terlalu tinggi sehingga rawan aksi ambil untung (
profit taking).
Kepala Riset First Asia Capital David Sutyanto mengatakan, pada perdagangan kemarin IHSG gagal melanjutkan tren penguatannya. Pergerakan pasar saham Asia yang positif tidak berpengaruh pada pergerakan IHSG kemarin yang cenderung di teritori negatif.
“Pasar cenderung melakukan aksi ambil untung terhadap sejumlah saham sektoral terutama saham pertambangan yang harganya sudah berada di area
overbought,” ujarnya dalam riset, Jumat (15/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
David menambahkan, koreksi IHSG juga turut dipicu kekhawatiran atas kinerja emiten sektoral pada kuartal I 2016 yang bakal dirilis menjelang akhir April ini. Nilai tukar rupiah kemarin terhadap dolar Amerika melemah 1 persen di Rp13.238.
“Sementara Wall Street tadi malam bergerak bervariasi. Indeks DJIA menguat tipis 0,10 persen di 17.926,43. Indeks Nasdaq koreksi 0,03 persen di 4.945,89 dan indeks S&P tutup flat di 2.082,78,” katanya.
Sementara, ia menjelaskan, harga minyak mentah tadi malam di Amerika turun tipis 0,62 persen menjadi US$41,50 per barel. Adapun penguatan di Wall Street menurut David terutama ditopang saham sektor keuangan setelah rilis laba kuartal I 2016 direspon positif pelaku pasar.
“Namun pergerakan indeks saham di Wall Street diwarnai aksi ambil untung sehingga penguatan terbatas,” kata David.
Memasuki perdagangan akhir pekan ini, ia memperkirakan IHSG bergerak bervariasi namun cenderung koreksi. Menurutnya pelaku pasar tengah mencermati pencapaian laba emiten sektoral pada kuartal I 2016
Sementara di sisi lain, lanjut David, sejumlah harga saham sektoral terutama yang berbasiskan komoditas tambang relatif sudah tinggi kenaikannya sehingga rawan aksi ambil untung.
“IHSG diperkirakan bergerak dengan support di 4.790 hingga resisten di 4.850 cenderung koreksi. Dari kawasan pasar tengah menanti rilis data pertumbuhan ekonomi China kuartal I 2016 yang diperkirakan naik 6,7 persen secara tahunan,” jelasnya.
Analis Reliance Securities Lanjar Nafi mengatakan bursa di Asia ditutup mayoritas melanjutkan penguatan kecuali IHSG. Pelemahan nilai tukar Yen membuat bursa saham Jepang memimpin penguatan.
“Data penjualan kendaraan yang meningkat pada bulan Maret membuat emiten saham eksportir di Jepang ditutup optimistis. Aktivitas ekspor dan impor di China yang cukup baik masih memberikan sentimen positif menjelang pengumuman PDB,” ujarnya.
Secara teknikal, Lanjar menilai IHSG kembali ditutup di bawah MA25 dengan tekanan jual cukup tinggi.
“Sehingga diperkirakan IHSG masih bergerak tertekan menguji
support bullish trend sekaligus MA50 dengan
range pergerakan 4790-4890. Saham-saham yang perlu dicermati diantaranya AALI, MAPI, SMRA, ACES, AKRA, APLN, BMRI, CTRS, EXCL,” jelasnya.
(gen)