Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pertamina (Persero) berhasil memproduksi minyak sebanyak 305 juta barel minyak per hari (BOPD) sepanjang kuartal I 2016, naik 14 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 267 juta BOPD.
Syamsu Alam, Direktur Hulu Pertamina menyebutkan naiknya produksi minyak perseroan terutama ditopang oleh sumbangan minyak dari Pertamina EP Cepu yang pada tiga bulan pertama di 2016 menghasilkan 67 juta BOPD. Angka tersebut melonjak signifikan dibandingkan produksi minyak Blok Cepu pada kuartal I 2015 sebanyak 20 juta BOPD.
Sementara produksi gas Pertamina sampai Maret 2016 tercatat sebesar 1.961 juta kaki kubik per hari (MMSCFD), naik 20,8 persen dibandingkan periode yang sama di 2015 sebesar 1.623 MMSCFD.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk kenaikan produksi gas, faktor pendorong utamanya berasal dari produksi dua blok gas yang baru diakuisisi Pertamina dari ExxonMobil di Nanggroe Aceh Darussalam, yakni Blok NSO dan NSB. Blok tersebut saat ini dioperasikan PT Pertamina Hulu Energi (PHE).
"Kenaikan produksi juga berasal dari Blok Senoro yang telah beroperasi penuh. Pada kuartal I 2015, Senoro belum memberikan kontribusi ke Pertamina,” ujarnya.
Syamsu menilai, laju produksi Pertamina diperkirakan bakal terus bertambang sepanjang tahun ini. Tambahan produksi gas menurutnya akan disumbang dari Lapangan Matindok di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah dan minyak dari Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.
"Nantinya produksi minyak akan menjadi sebanyak 308 juta BOPD dan gas sebesar 1.950 MMSCCFD," tandas Syamsu.
Operasi Luar NegeriTidak hanya dari dalam negeri, Syamsu memastikan kinerja produksi minyak dan gas bumi dari lapangan-lapangan yang dikelola Pertamina di luar negeri juga terus meningkat.
"Total produksi saat ini untuk minyak sebesar 85 ribu BOPD," jelas Syamsu.
Untuk mendukung kegiatan di sektor hulu, Pertamina sepanjang tahun ini mengalokasikan dana investasi untuk sektor hulu sebesar US$2,7 miliar atau sekitar Rp35,64 triliun.
Hari Purnomo, Anggota Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengatakan Pertamina harus terus meningkatkan produksi yang kemudian diolah untuk kilang di dalam negeri. “Semua itu bertujuan untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) dan mengurangi biaya subsisi,” katanya.
Sementara Komaidi Notonegoro, Direktur Eksekutif Reforminer Institute, mengatakan tidak ada pilihan lain bagi Pertamina maupun perusahaan migas lainnya untuk terus meningkatkan produksi ditengah tren penurunan harga komoditas, termasuk migas. Pada harga rendah produksi harus dinaikkan jika perusahaan tetap menargetkan pendapatan tidak jauh dari sebelumnya.
“Kenaikan produksi tersebut positif bagi Pertamina. Paling tidak mengindikasikan kinerja terus meningkat,” kata Komaidi.
(gen)